That afternoon I re-visited a pretty and tranquil beach located not too far from Tambolaka the main city of Sumba Barat Daya Regency. The beach was known as Oro Beach.
The 14 kilometers road from Tambolaka to the beach was quite good and the traffic was pretty empty, but travelers should be aware of any cattle that shared the road with vehicles 😁; and that was the main reason why travelers needed about 1 hour drive for such a short distance.
As it was mentioned before, that time was the second time I visited Oro Beach, and I’d already written a short article about my first visit to Oro Beach which could be read in here; so this is just a complement to my first article.
Oro Beach was on the north west of Sumba, and made it a nice place to enjoy sunset. Not many people came to the beach, aside of that short corral cliffs bordering the beach area which in turn made the pretty beach became as if isolated from the outside world and made Oro also became the perfect place for them who love tranquility.
When the tide is low, the beach became the perfect place to do many outdoors activities. Travelers could spend their time just by enjoying the tranquil atmosphere or . . . for them who prefer to do some exercise for their muscles, they could run or just strolling along the long coastal area covered with white sands.
For me . . . I was back there to enjoy sunset again as I found out that the vista was amazing.
Unfortunately sad news struck my ears as soon as I reached Oro Beach at that time. Lukas, the owner of Oro Beach House, whom I met and had chat in a friendly manner just passed away a week before I came there. Farewell my friend, you know that I’m happy that we ever crossed paths. May you rest in peace 😢 .—
Keterangan :
Suatu sore di pertengahan Maret lalu, kembali aku sudah dalam perjalanan menembus rinai hujan yang membasahi bumi Sumba yang biasanya kering menuju ke Pantai Oro. Entah mengapa, dalam kunjunganku ketika itu ke Sumba, hujan sering kali turun mengiringi perjalananku. Ah . . mungkinkah alam juga sedang bersedih karena berpulangnya Lukas, seorang pria ramah yang bersama Siska istrinya, mengelola sebuah penginapan bernama Oro Beach House? Aku jadi teringat ketika pertama kali aku ke Pantai Oro beberapa tahun lalu, setelah berjalan-jalan dan mengabadikan keindahan sunset dari tepi pantai, aku diterima di rumah Lukas dan Siska, kemudian ngobrol dengan seru seolah aku bukan orang asing bagi mereka berdua. Ah . . . ternyata ketika aku ke sana lagi yang aku temukan hanyalah pusaranya yang masih memerah. Selamat jalan Lukas, semoga sekarang engkau sudah berbahagia bersama Tuhan di surga 😢
Seperti sudah aku sampaikan di atas, perjalananku kali ini ke Pantai Oro yang terletak tidak terlalu jauh dari Tambolaka (ibu kota Kabupaten Sumba Barat Daya) itu bukanlah kali yang pertama. Tulisanku yang bercerita mengenai kunjunganku sebelumnya bisa dibaca di sini. Karena sudah pernah aku tulis sebelumnya, tulisanku kali ini hanyalah sedikit melengkapi tulisan terdahulu, disamping juga menyertai beberapa foto yang sempat aku ambil dalam kunjungan kali ini, karena meskipun rintik hujan meyertai perjalananku, tetapi begitu aku sampai di pantai, sang surya yang sedang bersiap menuju ke peraduannya menampakkan wajah cemerlangnya.
Pada kesempatan ini, aku sempat menjelajah kawasan Pantai Oro ini agak jauh. Arahnya kali ini mengarah ke kiri dari arah jalan masuk ke pantai. Jadi mengarah ke barat, menyongsong arah terbenamnya sang surya.
Ternyata di sebelah barat pantai, pemandangannya sedikit berbeda jika dibandingkan dengan di sisi timurnya. Di sebelah barat ini sebagian pantainya ada yang berkarang. Tampaknya hamparan karang di pantai ini akan tertutup air laut ketika waktu pasang, karena permukaannya di lapisi semacam lumut yang lembut. Permukaan karang-karang itu sendiri juga tidak rata, beberapa bagiannya cekung dan berisi air laut. Kadang ada juga ikan-ikan kecil yang terjebak di dalam ceruk-ceruk itu. Dan karena selalu dibelai ombak yang tak hentinya berkejaran menuju pantai, permukaan karang itu tidak lagi tajam, apalagi di bagian yang ditumbuhi semacam lumut itu; rasanya lembut seperti sedang berjalan di atas karpet.
Ah sudahlah, nanti jadi panjang lagi tulisan ini 😝