While in Tegal, I spent one afternoon at the town’s beach which is known as Pantai Alam Indah or ‘the beautiful natural beach’ if you want to translate the name into English. Actually the beach was not as beautiful as every traveler’s expectations when they heard its name. Along the shore there were many stalls that sold many kinds of street foods. The sellers, as well as their consumers, seemed did not care about their environment, especially the cleanliness of the beach area. They threw garbage right under or behind the stalls, hoping that the sea will take their garbage, swallow, and then bury the garbage beneath the sea surface. The nearby village worsened the situation since most of the dwellers also threw their garbage directly into the sea. That’s why I found the water there was so polluted. It is sad to find that there are people who think that the sea is a giant garbage can 😦
A little farther from the shore, there is a park with an open air naval museum inside the park. It was also seemed neglected although many people still come to visit and see the museum’s collections which was consists of torpedoes, canons, a plane, and other things related to the navy. There is also a children play-ground beside the park which almost always full of children playing with their parents or friends.
Anyway, I visited the place neither to pay a visit to the museum nor to play in the play-ground. My intention was to wait for and to watch the sunset. Unfortunately, there were dark clouds everywhere, so my chance to watch the sunset was gone. I decided to leave the beach soon after I took these gloomy pictures. I hope that next time I will be able to snap pictures of a nice sunset there.–
Keterangan :
Masih dari kota Tegal, sore itu aku sengaja berkunjung ke pantai Tegal untuk sekedar berjalan-jalan sambil berharap bisa melihat pemandangan matahari tenggelam di situ. Pantai Tegal dikenal dengan nama Pantai Alam Indah, meskipun pada kenyataannya kondisi pantai itu sendiri tidak tampak indah sama sekali. Sampah berserakan di atas pasir pantai yang hitam. Bagaimana tidak, sepanjang pantai terdapat banyak warung tenda yang berjualan aneka makanan maupun minuman. Parahnya lagi, baik penjual maupun pembelinya seolah tak peduli dengan kebersihan lingkungan sekitar. Sempat aku melihat mereka membuang sisa-sisa makanan maupun bekas wadah makanan begitu saja dengan harapan air laut akan menjemput sampah yang mereka hasilkan itu, kemudian membawanya ke tengah laut dan menenggelamkannya. Ya . . . masih banyak orang yang berfpikir bahwa laut adalah sebuah tempat sampah raksasa dan bukan merupakan bagian dari bumi yang juga harus dijaga; karena jika laut kotor, maka dampaknya pasti terasa juga oleh makhluk lain di darat, termasuk manusia tentunya. Penduduk kampung di sekitar situ juga kelihatannya ikut andil dalam mengototri laut. Sayang sekali pantai yang seharusnya bersih, menjadi kotor dan berair keruh 😦
Tidak jauh dari tepi pantai, masih dalam kawasan Pantai Alam Indah, juga terdapat sebuah taman dengan museum terbuka yang memamerkan berbagai perlengkapan Angkatan Laut seperti torpedo dan meriam, disamping masih ada beberapa barang lain juga. Di sebelah museum terbuka itu, terdapat sebuah taman bermain yang dibentuk mirip sebuah taman lalu lintas dan taman bermain ini hampir tiap hari selalu dipenuhi anak-anak yang bermain di situ.
Sore itu mendung kelihatan bergumpal-gumpal di langit, memupuskan harapanku untuk bisa menyaksikan kembalinya matahari ke peraduan setelah menunaikan tugasnya selama seharian. Mudah-mudahan pada kesempatan lain aku berkunjung ke situ, langit cukup cerah sehingga aku bisa menikmati indahnya saat sang surya tenggelam.–