Monthly Archives: May 2013

Mixed architectural styles in a single mosque

It is very easy to find any kind of mosques in Indonesia. For me, however, there is one particular mosque that I want to visit. It is the biggest mosque in Central Java, and located in Semarang. The mosque is called Masjid Agung Jawa Tengah (the Great Mosque of Central Java). So, when I went to Semarang recently, I decided to visit the mosque. It was the sayings that the mosque was so grand and so beautiful with its mixed architectural styles that intrigued me. Mixed architectural styles? Yes, it has three architectural styles instead of the usual only middle-east architectural style. The whole area of the mosque bears the Javanese, Middle-East, and also Greek or Hellenistic architectural styles.

IMG_CJM03

Let’s see at the main building. The roof of the main building is similar to that of a traditional noble Javanese house (“joglo“) roof style which symbolize rising steps to the heaven. All doors and windows in the building are also influenced by classical Javanese style doors and windows. On top of the Javanese style roof of the main building, there is a big dome with four minarets at each corner, which definitely is a middle-east style structure. In front of the main building, on an open area, there are Greek style arches on top of 25 purple pillars decorated with Arabic calligraphy. So, do you see the mixed styles that I mean?

Between the main building and the pillars, there are 6 giant hydraulic umbrellas which are inspired by the ones in the Nabawi Mosque in Medina. The giant umbrellas will protect the worshipers from rain as well as from the heat of the sun.

At that time, I was lucky enough to have a friend escorted me to enter the main building so I got a relatively complete portrayal of the whole compound, both outside and inside the main building. The main building is the place for worship. It was so serene. The ceiling is pretty high to ensure a good air circulation and make the room temperature not too hot. At the back of the prayer hall, there was a hand written big Quran and also an old big drum.

Outside the main building, at the south-west corner of the main area, there is a 99 meters high tower called Asmaul Husna Tower, while on the other side, at the south-east corner, there is a Javanese style structure housing a big drum.

a view from the top of Asmaul Husna Tower

a view from the top of Asmaul Husna Tower

Nowadays, the mosque that was built in 2002 and inaugurated in 2006 become one of Semarang’s point of interests.–

 

Keterangan :

Sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia, akan sangat mudah untuk menemukan berbagai jenis masjid di Indonesia. Tetapi, untuk aku, ada satu masjid yang sangat ingin aku kunjungi gara-gara aku terpancing dengan berbagai informasi mengenainya yang mengatakan bahwa masjid ini merupakan masjid terbesar di Jawa Tengah selain juga punya keindahan tersendiri karena bangunannya memadukan unsur-unsur bangunan bergaya Jawa klasik, Timur Tengah, dan juga Yunani. Masjid yang aku maksud itu terl;etak di Semarang, dan terkenal dengan nama Masjid Agung Jawa Tengah.

Kalau kita lihat, dengan mudah kita bisa menengarai gaya atap rumah Joglo yang merupakan bangunan khas Jawa pada atap masjid. Demikian pula pintu dan jendela yang terdapat di sana semuanya terinspirasi dari bentuk pintu dan jendela bangunan khas Jawa. Di atas atap bergaya Joglo itu, terdapat sebuah kubah yang dilengkapi dengan empat buah menara di keempat sudutnya yang jelas-jelas merupakan gaya bangunan di Timur Tengah seperti yang banyak terdapat di masjid-masjid lain juga. Sementara itu, di ruang terbuka di depan masjid, selain terdapat kolam air mancur, juga terdapat pilar-pilar berwarna keunguan dengan lengkungan di atasnya yang mengingatkan kita akan bangunan-bangunan bergaya Mediterania atau mungkin bisa kita sebut bergaya Yunani. Lengkungan-lengkungan tersebut diperindah dengan kaligrafi tulisan Arab di sepanjang tepiannya. Jumlah pilar yang menyangga lengkungan itu ada 25 (dua puluh lima) buah yang menggambarkan jumlah Nabi dalam Islam.

Di antara bangunan utama masjid dengan pilar-pilar itu, terdapat 6 (enam) buah payung raksasa yang beroperasi secara otomatis ketika hari hujan atapun jika panas dirasa cukup menyengat dengan tujuan agar kekhusyukan doa umat yang bersembahyang di pelataran masjid tidak terganggu. Jumlah payung yang enam buah itu menggambarkan enam Rukun Iman dalam Islam.

Bangunan utama di kompleks tersebut adalah ruangan masjid yang cukup luas dengan banyak jendela dan berlangit-langit tinggi, sehingga meskipun udara di luar panas, udara di dalam masjid relatif sejuk. Di sudut belakang ruangan masjid, terdapat sebuah bedug tua yang berukuran cukup besar, sementara di dekat pintu masuk, terdapat sebuah Kitab Suci Al Quran berukuran besar yang keseluruhan isinya ditulis tangan oleh H. Hayatuddin dari Wonosobo.

Di luar masjid, di ujung tenggara pelataran masjid, terdapat sebuah bangunan kecil bergaya Jawa juga dimana terdapat sebuah bedug seperti umumnya terdapat di masjid-masjid lain juga. Sementara itu, di sisi lain, yaitu di ujung barat daya, terdapat sebuah menara setinggi 99 meter yang disebut Menara Asmaul Husna. Ketinggian menara sengaja dibuat 99 meter sebagai lambang 99 Nama Allah.

Masjid Agung Jawa tengah yang dibangun sejak tahun 2002 dan diresmikan pada tahun 2006 ini sekarang menjadi salah satu tujuan wisata religi di Jawa Tengah, khususnya Semarang. Hampir setiap hari selalu ada saja bus maupun kendaraan lain yang membawa rombongan demi rombongan yang berkunjung ke masjid ini. Tertarik berkunjung kesana juga?

IMG_CJM22

Categories: Travel Pictures | Tags: , , , | 79 Comments

Old train-station threatened by flood

IMG_STA01

Most of train stations in Indonesia were built during the colonial era. Mainly in a period started at the end of the 19th century to the beginning of the 20th century. Some main stations in some big cities in Java were built elegantly, while others in the small cities and towns were just simple buildings.

One of the so called main station in a big city is Tawang Train Station in Semarang, Central Java. The station is considered as one of the biggest and also the oldest railway station in Java, which is still be used up till now. It is true that the building underwent many major renovations, especially renovations to save the building from the flooded sea-water which becomes the major threat to the old building. The facade of the building, as well as the interior, however, is still preserved as it was. It still shows the original construction of a typically building that been built by European architect to be used in the tropic. The ceiling is quite high to ensure the flow of the air, solid walls decorated with big glass windows to add light into the interior of the building, and a dome shaped roof.

The building was built in 1911 by NIS (Nederlandsch Indische Spoorweg maatshappij), and it was ready to be used three years later. It is said that Sloth-Blauwboer, the architect who designed the elegant building of Tawang Train Station, was ordered the top quality materials directly from the Nederland. His efforts shows us the quality of the building. It still standing elegantly after more than a century. Hopefully the flood problems will be solved soon and Tawang Train Station can stands for another century.

 

Keterangan :

Seperti kita ketahui, hampir semua stasion kereta api di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa, di bangun pada jaman penjajahan Belanda. Rata-rata bangunan itu didirikan pada masa sekitar akhir abad ke XIX sampai dengan awal abad ke XX. Salah satu stasion peningalan jaman itu yang masih terawat dan dipergunakan sampai sekarang adalah Stasion Kereta Api Tawang di Semarang.

Stasion kereta api ini merupakan salah satu stasion kereta api terbesar pada jamannya. NIS (Nederlandsch Indische Spoorweg maatshappij) sebagai pemilik mulai membangunnnya pada tahun 1911, dan selesai serta siap dipergunakan tiga tahun kemudian. Konon arsitek yang merancang gedung ini, yaitu Sloth-Blauwboer, memesan material dengan mutu terbaik untuk pembangunan gedung stasion ini langsung dari Negeri Belanda. Memang sih usahanya itu tidak sia-sia mengingat hasilnya adalah sebuah gedung berkualitas prima yang sampai sekarang masih berdiri kokoh.

Gedung stasion ini sudah beberapa kali direnovasi, baik untuk mempercantik tampilannya, maupun untuk melawan ancaman serius berupa banjir, baik yang disebabkan oleh derasnya hujan ataupun yang disebabkan oleh naiknya permukaan air laut yang dikenal dengan istilah “rob”. Meskipun demikian, berbagai renovasi tersebut tidak mengubah tampilan asli gedung yang menunjukkan banyak ciri bangunan hasil rancangan arsitek Eropa yang dipergunakan di negara tropis; misal saja langit-langit yang tinggi untuk menjamin kelancaran sirkulasi udara sehingga udara di dalam gedung tidak terasa pengap, dan banyaknya jendela kaca besar sehingga memberikan penerangan alami di dalam gedung.

Mari kita berharap, mudah-mudahan saja masalah banjir yang selalu menjadi ancaman serius bagi Stasion Kereta Api Tawang ini bisa segera diatasi, sehingga orang masih bisa menikmati keindahan bangunan ini di abad mendatang.

Categories: Travel Pictures | Tags: , , , | 62 Comments

A hidden waterfall

IMG_cpt01

Once I heard about a small but beautiful waterfall known as Curug Ciputri or Ciputri Waterfall, which is located not too far from the Java North Coast main highway. So when I happened to pass near the area last year, I tried to visit the waterfall. Unfortunately, when I asked for the exact location, nobody could give me the direction. So my first attempt to reach the waterfall was a total fail  😦

Several months after my first attempt, luckily I’ve got a new friend who was born in the area, thus he knows exactly the location of Curug Ciputri. So, with him as my guide, my intention to see the waterfall was fulfilled  🙂

Curug Ciputri is located close to a small town called Cigugur, and actually easily reachable by car. The waterfall itself can be reached after about 15 minutes walk through a light pine forest from the parking lot. There is also a camping ground nearby which called Palutungan.

The temperature in the area is quite cool all year long, because it is located about 1,100 meters above sea level. And since not many know about the place, except the local people, the visitors of the place dominated by the people who lived nearby. When I visited the place, aside of my friend and myself, there were only a few people been seen at the waterfall area.

It is said that the name Ciputri was given to the 12 meters high waterfall because when it’s raining lightly, people can often see a beautiful rainbow over the waterfall. They believe that the rainbow is the path taken by goddesses who want to take a bath at the pond under the waterfall. Ciputri can be translated as the water that used by goddesses (“ci” from Sundanese term “cai” means water, and “putri” which can be translated as beautiful girl or a princess).

 

Keterangan :

Tidak jauh dari Jalur Pantura, tepatnya di daerah Kuningan, terdapat sebuah air terjun yang katanya belum banyak dikunjungi orang. Air terjun itu dikenal dengan nama Curug Ciputri. Cuma sayangnya, kira-kira setahun lalu ketika kebetulan aku beredar di daerah situ aku gak bisa menemukan lokasinya. Beberapa orang di Kuningan ketika ditanya cuma bisa geleng-geleng kepala karena mereka tidak tahu. Untungnya beberapa bulan kemudian, kebetulan aku mendapat kenalan baru yang lahir di derah situ dan tahu persis tempatnya. Ternyata letak air terjun itu di Kecamatan Cigugur, kira-kira masih setengah jam berkendara lagi menuju selatan dari arah Kuningan. Jadilah dengan diantar kenalanku, terlaksana juga niatku untuk melihat air terjun ini  (*horeeeee*)  🙂

IMG_cpt02

Lokasi Curug Ciputri berada dalam satu kawasan dengan Bumi Perkemahan Palutungan. Untuk menuju air terjunpun cukup mudah. Dari tempat parkir kendaraan, traveller bisa berjalan melalui jalan setapak yang menembus hutan pinus sejauh kira-kira 15 menit. Jalannya cukup landai, kecuali di bagian ujung yang sudah mendekati sungai yang menjadi aliran terjun. Di situ jalannya menurun relatif curam. Di musim penghujan, traveller harus ekstra hati-hati kalau berkunjung ke Curug Ciputri karena jalan setapak yang masih alami itu menjadi licin.

IMG_cpt03

Curug setinggi kira-kira 12 meter itu mendapatkan namanya karena konon kalau gerimis turun pada siang hari kerap muncul pelangi di atas air terjun itu. Menurut kepercayaan setempat, itu pertanda para bidadari turun untuk mandi di kolam yang ada di dasar air terjun itu. Cerita lain yang lebih menyeramkan, mengatakan bahwa air terjun itu sampai sekarang ada penunggunya berupa seorang putri cantik. Itu juga sebabnya masih ada saja orang yang datang ke situ pada hari-hari tertentu bukan untuk berwisata melainkan untuk maksud-maksud lain.

Categories: Travel Pictures | Tags: , , , | 102 Comments

Create a free website or blog at WordPress.com.