As I’ve mentioned before in my previous posts about Bangka; the island was once known as having a huge deposit of tin, and hence it bore the name Tin Island. The effect of having such a huge deposit was, many tin mines were opened, either by the government-owned companies or by legally private owned companies. Aside of those companies, there were also many individuals dug the land of Bangka to get the tin. As a result, there were many man-made holes and pools scattered throughout the entire island. Bangka’s environment suffered because of the mining activity.
Not too far from Pangkalpinang, the biggest city on the island, there was a closed mining site which was abandoned and become waste-land for years. In 2007, PT Dona Kembara Jaya started to turn the 300 hectares wasteland into something more purposeful as its corporate social responsibility program. The company’s effort resulted in a private managed plants and animals conservation that know known as Bangka Botanical Garden.
Don’t think that the place was a beautiful garden with many pretty flowers and plants. It was more like an eco-park where people could take their young ones to explore and learn more about nature and the environment. Bangka Botanical Garden was not only being a usual new tourist destination on the island, it had also other functions such as a place for environmental research and educational development; and also a place that gave additional income for the people who lived in the surrounding area since they could work in the garden as well. A 300 hectares field consist of so many trees, farms and also fishing ponds had to have many workers to make it operated well.
In the middle of the garden, there was a traditional Bangka house. The path which led travelers to the house was red soiled with array of trees stood on either side of the path. There were also other red soiled paths which led to other parts of the garden.
Close to the traditional house, there was a pond with large koi fishes in it. Travelers may buy pellets to feed the kois if they want, a favorite activity for young travelers, I think 🙂
There were farm animals in there too. The garden had many cows in a fenced field like that in a big farm and also cows that placed in cowsheds. Travelers who interested in milking the cows may ask the attendants for daily milking schedules. Aside of cows, there were other animals too. At least I found a very tame goat and an irritated turkey 😀
There was also a simple cafe in there, which served some kind of foods which ingredients were taken from the plantation inside the Garden and meats or eggs taken from the Garden’s farm. So don’t worry, travelers won’t be starving in there 😛 Interested to jog or just take a stroll on the paths in Bangka Botanical Garden?
Keterangan :
Seperti telah pernah aku kemukakan juga dalam beberapa postingan mengenai Bangka sebelumnya, pulau ini pernah terkenal dengan sebutan Pulau Timah karena banyaknya kandungan timah yang ditemukan di ‘perut’-nya. Karena itulah, maka banyak tambang timah dibuka di pulau ini sehingga manusia bisa mengeluarkan isi ‘perut’ Bangka yang sangat berharga itu. Banyak sekali perusahaan yang melakukan penggalian di sana, baik perusahaan milik pemerintah maupun perusahaan swasta yang sudah mengantongi ijin ekskavasi. Tetapi ternyata tidak hanya mereka yang ingin mengeluarkan isi ‘perut’ pulau ini, karena banyak penduduk lokal maupun perusahaan abal-abal yang juga melakukan kegiatan pernggalian meskipun mereka tidak mengantongi ijin resmi. Akibat dari itu, permukaan Pulau Bangka dipenuhi lubang-lubang bekas galian. Penderitaan pulau yang sekarang tubuhnya dipenuhi bopeng ini semakin diperparah dengan hilangnya lapisan tanah yang subur, baik akibat tergerus pada saat dilakukannya penggalian maupun akibat penggunaan bahan kimia yang dipergunakan dalam aktivitas pertambangan yang tidak terencana dengan baik. Karena itulah daerah di sekitar tambang menjadi daerah yang tandus. Pemandangan danau gersang yang merupakan lubang bekas tambang yang sudah dipenuhi air menjadi pemandangan yang bisa ditemui di hampir setiap sudut pulau ini. Daerah-daerah seperti itu menjadi daerah mati. Tetumbuhan tidak bisa tumbuh sedangkan ikan yang dimasukkan ke dalam lubang-lubang berair itupun mati.
Tidak jauh dari Pangkalpinang, ada juga sebuah lokasi bekas tambang. Tempat tersebut sudah lama terbengkelai dan dibiarkan dalam kondisi mengenaskan. Untungnya pada tahun 2007, PT Dona Kembara Jaya berinisiatif untuk mengubah lahan terlantar itu menjadi suatu kawasan yang bisa dimanfaatkan sebagai salah satu program tanggung jawab sosial perusahaan. Usaha yang dilakukan perusahaan tersebut kini sudah menampakkan hasil yang menggembirakan karena kawasan yang semula tandus itu sekarang sudah mulai menghijau, bahkan sudah menjadi sebuah kawasan konservasi lingkungan yang menyandang nama Bangka Botanical Garden.
Meskipun menyandang nama “Garden”, tetapi jangan berharap akan melihat sebuah kebun yang dipenuhi tanaman dengan bunga-bunga indah bermekaran di seantero kawasan. Yang akan dijumpai adalah sebuah kawasan terpadu perkebunan, peternakan, dan lokasi penelitian mengenai lingkungan yang cukup menarik juga untuk dijelajahi, apalagi kalau kesana mengajak anak-anak, karena di sana mereka akan bisa banyak mengenal aneka jenis sayur dan buah yang ditanam dan tumbuh dengan subur dalam kawasan Bangka Botanical Garden itu. Mereka juga akan bisa mengenal beberapa jenis sapi, bahkan bisa juga ikut memerah sapi kalau mau. Ada juga beberapa hewan peternakan lain seperti ayam, kambing dan juga kalkun. Ada pula sebuah kolam besar berisi banyak sekali ikan koi. Atau mau memancing? Di sanapun terdapat kolam pancing yang dihuni ikan-ikan konsumsi.
Di tengah kawasan seluas 300 hektar ini juga terdapat sebuah rumah adat Bangka. Menurut informasi, ruangan dalam rumah adat itu bisa disewa untuk suatu acara.
Terus ada apa lagi? Hmm . . . o ya, ada resto sederhana juga. Kalau lapar bisa saja mampir dan memesan makanan yang bahan-bahannya dijamin masih segar karena diambil langsung dari lahan yang ada di dalam taman ini. Mereka juga menyediakan susu segar bagi yang ingin membelinya.
Jalan-jalan di dalam Bangka Botanical Garden merupakan tanah merah yang di kiri dan kanannya berdiri berderet pohon-pohon yang seragam. Jadi kalau di suatu jalur jalan di apit pohon-pohon pucuk merah, di jalur lain mungkin saja jalurnya diapit oleh deretan pohon pinus. Meskipun demikian, apapun pohonnya . . . tetap cantik kalau dipakai sebagai background foto. Kata beberapa temanku sih pemandangan jalan yang diapit pohon itu jadi kaya pemandangan yang suka ditampilkan dalam film-film Korea 😀
Jadi . . . tertarik mau ke sana? Mumpung masih gratis lho masuknya.–