The gate was not an ordinary gate which could be used by people to go in or out to or from a certain place, although some people, especially local fishermen, used the gate when they set out to the sea to catch fishes or when they went back from the sea. The gate was actually only a gap in a cliff that bordering a small cove in a beach called Mandorak.
Mandorak Beach was located in Kalenga Rongo Village, Sumba Barat Daya District, Indonesia. The beach was practically hidden, and the nearest town to the beach was located about 42 kilometers. To reach the beach, travelers should not depend on any public transports since there were no public transports covering the beach area.
The beach was not long, the sands were white and the waves hitting the shore were quite big and pretty dangerous for them who want to play at the shore.
The white sands was practically located in the so called cove and used by the local fishermen to keep their boats.
When I was there, as also happened when I visited some of Sumba’s hidden beaches, there were no other travelers were seen, only some local children who always tailing me when I walked around at the beach area. Some of them were trying to beg for small money while others just following my steps and paid full attention for whatever I did at the beach with my camera 😀
Nowadays, the only access to the beach was through a private property. I always hope that the property owner would never close the access and blocked the pretty beach from travelers who want to admire its beauty.
Well . . I have no other words to describe the place, so I just put more pictures I got from Mandorak Beach in here for you to judge by yourself whether the beach was worth to visit or not. For me, it was worth to visit and I intended to visit the beach again in the near future 🙂
Keterangan :
Yang aku maksud dengan istilah gerbang dalam judul postinganku kali ini sebetulnya bukanlah gerbang seperti pengertian gerbang pada umumnya, dimana orang bebas berlalu lalang melalui gerbang itu. Yang aku maksud di sini sebenarnya hanyalah sebuah celah di jajaran tebing karang yang seolah menjadi tembok pembatas antara wilayah pantai dengan lautan luas di baliknya, dan melalui celah yang menyerupai gerbang itulah air laut masuk melalui hempasan gelombang yang cukup besar sehingga menggapai pantai yang berpasir putih. Pantai yang aku maksud dikenal dengan nama Pantai Mandorak.
Pantai ini terletak di Desa Kalenga Rongo, Kecamatan Kodi Utara, Kabupaten Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur. Ya . . aku masih mau cerita soal Sumba. Pantai Mandorak praktis masih lumayan tersembunyi, jalan menuju ke pantai pun tidak semuanya teraspal mulus. Bahkan ketika aku ke sana, beberapa orang yang aku temui di tengah jalan dan aku mintai informasi arah jalan ke Pantai Mandorak memberikan jawaban yang berbeda-beda :roll:. Tetapi, setelah kita sampai di lokasi, rasanya capek lelah termasuk kesal karena rumitnya mencari jalan ke sana akan terbayar. O ya, kalau memang mau ke Pantai Mandorak, sebaiknya para pelancong jangan mengandalkan kendaraan umum, karena memang nggak ada kendaraan umum yang sampai ke pantai itu. Sebaiknya sih menyewa kendaraan dari Tambolaka yang berjarak sekitar 42 kilometer dari Pantai Mandorak.
Pantai Mandorak tidaklah luas. Hamparan pasir di pantainya yang berwarna putih hanya terdapat di sekitar gugusan karang yang menyerupai gerbang itu. Air laut yang jernih kebiruan tampak indah dan tenang di kejauhan, tetapi ketika mendekati pantai, air laut yang tenang itu berubah menjadi hempasan gelombang yang lumayan besar, apalagi ketika melewati celah yang serupa gerbang itu hempasannya cukup mengerikan karena bisa menyeret siapapun yang tidak hati-hati masuk ke laut.
Meskipun bagi para pelancong tampak cukup berbahaya, tidaklah demikian bagi nelayan setempat. Karena mereka memanfaatkan hamparan pasir putih di Pantai Mandorak sebagai lokasi menambatkan kapal-kapal mereka ketika tidak dipergunakan. Karena itulah ketika mereka sudah siap melaut, mereka pasti akan berangkat melalui “gerbang” tersebut.
Ketika aku berkunjung ke sana, sama halnya seperti ketika aku mengunjungi beberapa pantai di dekat-dekat situ, aku tidak menemui adanya pelancong lain selain aku dan keluargaku. Beberapa anak penduduk setempat tampak bermain di pantai, dan ketika aku bersama keluargaku berjalan menuju ke pantai, mereka mulai mengikuti. Beberapa dari mereka mencoba meminta uang, sementara yang lainnya hanya memperhatikan. Banyak juga yang cukup berani berinteraksi dengan aku maupun keluargaku sehingga keakraban segera terjalin, bahkan mereka tidak malu-malu lagi ketika aku minta berpose di depan kamera 🙂
Sebetulnya ada satu hal yang mengganjal, yaitu bahwa satu-satunya akses jalan menuju ke Pantai Mandorak haruslah melewati sebidang tanah milik perorangan. Memang ketika aku ke sana, akses itu masih bisa aku lalui, tetapi entah di saat-saat selanjutnya. Aku sih berharap bahwa akses tersebut jangan sampai ditutup sehingga siapa saja masih tetap dapat menikmati keindahan Pantai Mandorak dengan ombaknya yang kelihatan garang menghajar tebing-tebing karang di pantai sehingga menimbulkan cipratan air yang cukup tinggi itu. Ngeri sih melihatnya, tapi juga indah.
Nah . . aku tidak akan menulis lebih panjang lagi mengenai Pantai Mandorak ini. Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas, aku pasang lebih banyak foto dibanding biasanya. Silahkan simpulkan sendiri apakah pantai ini layak dikunjungi. Buat aku sendiri, pantai ini masih menarik dan aku masih ingin berkunjung ke sana lagi. Mungkin dalam waktu dekat ini 😉