Derawan Islands, Indonesia . . . many people know the islands to have many beautiful diving sites; many have visited the islands and many dived the beautiful marine garden spread along the sea-bed. Because of that, almost all articles about Derawan talked about the beautiful coral reefs and many kinds of sea creatures lived in the area. Only a few talked about the beauty which could be found on the surface, how pretty the sunset or the sunrise was or about the sandy beaches on the islands. Perhaps I was one among the few, because what I post this time was about the beauty that I found when I spent a night on one of the islands called Derawan Island. Yes . . . the island had the same name as the archipelago.
Derawan Island was one of the four main islands on the area. The others were Kakaban, Maratua and Sangalaki. The islandβs area was approximately 110.21 acre. There was a village on the island. Nowadays, as Derawan became a tourist destination, the residents of the village who once fishermen, now turn into tourism professionals.
They change their fishing boats into speedboats to take tourists visiting many diving spots as well as visiting islands in the area. Some who had big houses turn their houses to become home-stays, while others turned their dwellings to restaurants or souvenir shops. Hotels and resorts could be easily found on the beach, some of them even had rooms in the form of cabanas on a wooden jetty over clear waters which showed the sands on the sea bed as the water was not too deep. Turtles and schools of fishes sometimes seen passing by under the cabanas.
That time, I arrived at the island at about 5 PM. Perfect time to wait for the sunset, was it? So after put my bag in the hotel room, I walked along the jetty to reach farthest point of the jetty where an open cabana with some wooden benches was waiting for me.
Unfortunately, it was not a perfect day to get a nice sunset π¦
So after a little chat with a guy who spent his evening fishing from the jetty, I walked back to the hotel and preparing myself to look for my dinner.
Early in the next morning, I walked back along the jetty in hoping that I could get a nice sunrise.
Hopes was hopes . . . the sky was not too clear. Clouds were hanging low in the east. But . . hey, seemed that the clouds made the sunrise more beautiful. Well, dark clouds were not always ruin the occasion, sometimes they made it more pretty π π
After some clicks, before leaving Derawan Island, I explored the village on a rented bike. There was a hardened sands path along the beach of the tiny island, and it took not more than 30 minutes to go around the island π .β
Keterangan :
Kepulauan Derawan, sebuah kepulauan di Propinsi Kalimantan Timur yang terdiri dari 31 buah pulau baik besar maupun kecil. Kepulauan yang dikenal memiliki titik-titik penyelaman dengan pemandangan bawah laut yang indah ini makin hari makin dikenal luas. Tidak bisa dipungkiri, dengan teknologi yang ada sekarang, keindahan di suatu tempat akan dengan cepat sudah diketahui oleh banyak orang, khususnya para pelancong yang selalu tertarik untuk berkunjung ke pelbagai tempat baru. Karena itu tidaklah heran kalau makin banyak saja pelancong yang datang ke Kepulauan Derawan, sebagian besar memang datang untuk menyelam dan mengagumi keindahan alam bawah lautnya yang konon tidak kalah dengan di Raja Ampat.
Karena orang lebih mengenal keindahan alam bawah lautnya, tidaklah heran bahwa hampir semua artikel mengenai Derawan membicarakan keindahan alam bawah laut dan berbagai mahluk laut yang tinggal di sana. Hanya sedikit yang mengulas keindahan apa yang tersaji di pulaunya, bagaimana keindahan saat-saat matahari terbit maupun terbenamnya, ataupun mengenai pantai-pantai dan pemukiman yang ada di sana. Nah . . mungkin postinganku kali ini termasuk di antara yang sedikit itu karena aku akan menyajikan apa yang aku temui di Pulau Derawan ketika aku dan teman seperjalananku menyempatkan diri menginap semalam di sana. Ya . . aku menginap di Pulau Derawan, sebuah pulau kecil yang memiliki nama yang sama dengan nama kepulauan yang melingkupinya.
Pulau Derawan yang termasuk dalam wilayah Kabupaten Berau ini memiliki luas kurang lebih 44,6 Hektar. Tidak terlalu luas memang. Meskipun demikian, Pulau Derawan bersama dengan Pulau Kakaban, Pulau Maratua dan Pulau Sangalaki merupakan pulau-pulau utama di Kepulauan Derawan itu. Pulau Derawan bahkan bisa dibilang menjadi yang paling utama karena pulau ini memiliki penduduk paling banyak dan fasilitasnya juga sudah lumayan lengkap. Penduduk pulau yang semula adalah para nelayan, dengan majunya dunia pariwisata di sana banyak yang sudah berubah profesi menjadi pekerja di dunia pariwisata. Ada yang mengubah perahu pencari ikan mereka menjadi speedboat yang bisa dipergunakan para pelancong untuk menjelajahi berbagai pulau yang ada di kepulauan Derawan, ada pula yang kemudian mengubah rumahnya menjadi rumah makan atau home-stay. Kios pedagang cendera mata pun sudah ada di sana.
Di tepi pantainya, hotel dan resort dari bermacam kelas berjejer siap untuk dipilih oleh para pelancong yang datang ke Derawan. Beberapa hotel dan resort bahkan memiliki kamar-kamar yang dibangun di atas air sehingga ketika pelancong duduk di terasnya, pelancong bisa melihat hamparan pasir putih di dasar lautnya karena airnya yang sangat jernih. Bahkan pelancong juga sesekali bisa melihat penyu hijau dan penyu sisik yang mampir di kawasan hotel itu berenang dengan anggunnya melewati bawah bangunan kamarnya. Belum lagi rombongan bermacam ikan laut baik kecil maupun besar yang kadang juga melintas dan bisa terlihat jelas dari teras kamar.
Waktu itu aku tiba di Pulau Derawan sudah lumayan sore. Sekitar jam 5 sore kalau nggak salah. Pas waktunya buat menantikan saat-saat terbenamnya matahari. Karena itulah setelah menyelesaikan proses check in di salah satu hotel di situ dan menyimpan bawaan masing-masing di kamar, aku dan temanku bergegas menyusuri dermaga kayu yang ada di depan kamar menuju ke ujungnya dimana terdapat sebuah saung terbuka yang dilengkapi dengan beberapa bangku kayu. Sayangnya sore itu langit cukup berawan sehingga keinginanku untuk memperoleh foto matahari terbenam yang indah tidak tercapai π¦ .
Akhirnya setelah sempat ngobrol sebentar dengan seorang pemuda yang asyik memancing di situ, aku memutuskan untuk kembali ke kamar dan bersiap mencari makan malam.
Keesokan harinya, aku sudah terbangun ketika hari masih gelap. Segera kubangunkan teman seperjalananku yang masih asyik merenda mimpi. Setelah cuci muka untuk mengusir kantuk, aku dan teman seperjalananku bergegas kembali menyusuri dermaga kayu yang sama untuk menanti terbitnya sang surya dari saung terbuka di ujung dermaga.
Sayangnya awan mendung kembali mengagalkan niatku untuk bisa mengabadikan keindahan saat terbitnya matahari di ufuk timur. Eh tapi . . . kalau diperhatikan baik-baik, ternyata gumpalan-gumpalan awan itu terlihat indah juga koq. Karena itulah, semangatku yang semula sempat pupus, kembali menyala. Kamera yang semula sudah aku masukkan dalam tas aku keluarkan lagi. Hhmm . . . ternyata tidak selalu mendung itu merusak keindahan, kadang-kadang malah justru menambah keindahan π
Akhirnya setelah beberapa jepretan dan ketika aku merasa bahwa matahari sudah terlalu tinggi, aku memutuskan untuk kembali ke kamarku untuk bebenah.
Sebelum betul-betul meninggalkan pulau kecil ini, aku mencoba menjelajahinyadengan sepeda, maklumlah di sana ada penyewaan sepeda juga yang harganya dipatok per dua jam. Tapi . . . setelah aku mencoba mengelilingi pulau melalui jalan-jalan yang terbentuk dari pasir yang dikeraskan, ternyata aku sudah mengelilingi pulau dalam waktu kurang dari 30 menit lho. Pun ketika aku memutuskan untuk berkeliling sekali lagi dengan mampir sebentar di salah satu pantainya, waktu satu jam pun belum terlewati.
Ternyata Pulau Derawan memang tidak terlalu luas π .–