Sumba, an island located in East Nusa Tenggara Province, Indonesia, never ceased to show it stunning beauty and sometimes even looked unreal, like the one that I saw in Walakiri Beach when I went back there.
Went back there? 😯
Yup, it was my second time to visit the beach; thus my note this time could be treated as a complement to my previous note about Walakiri Beach which could be seen in here.
If on the first visit I walked to the east to catch the sunrise, now, on the second visit, I walked to the west to get a different view of the beach. That time my intention was really to get a different view of the beach because it would be too long for me to wait until sunset time 😀
Walakiri was a unique beach; the characteristic of the eastern part of the beach was quite different with it western part although both parts were white sandy beach with ripples lapping the shore. In the western part, there was a group of mangrove trees which form a kind of forest at the beach. At high tide, it looked like a forest on the sea. It seemed that the forest contained of bushy mangrove trees with no bark grew in shallow water.
At low tide, however, the scenery would change totally. There was no forest contained of short bushy mangrove trees anymore. They turned into a forest contained of unique shaped mangrove trees as if the nature sculpted them artistically.
And for them who had seen the beach condition at high tide with short bushy mangrove trees, seeing the beach condition at low tide would give the impression that the unique shapes mangroves trees looked like a forest emerged from the sea.
Unfortunately I could wait until sunset time 😦 . I believe that the view of a forest emerged from the sea with a crimson sunset sky as the background would be amazing.—
Keterangan :
Pulau Sumba, sebuah pulau yang terletak di Propinsi Nusa Tenggara Timur seolah tak hentinya menunjukkan keindahannya yang selama ini belum banyak dikenal orang. Sebetulnya yang tersaji di sana bukan keindahannya saja sih, melainkan kadang-kadang juga sesuatu yang menakjubkan dan seolah muncul dari dunia dongeng. Salah satunya adalah apa yang sempat aku saksikan di Pantai Walakiri ketika aku kembali kesana lagi.
Ya . . . aku kembali berkunjung ke Pantai Walakiri yang lokasinya tidak terlalu jauh dari ibukota Kabupaten Sumba Timur, yaitu kota Waingapu. Dan karena ini kunjunganku yang kedua kalinya di sana, anggap saja catatanku kali ini melengkapi catatanku sebelumnya yang sudah pernah aku posting beberapa bulan yang lalu dan dapat di lihat di sini. Aku sebut melengkapi karena apa yang akan aku sajikan di sini mengulas sisi pantai yang berbeda dengan yang dahulu pernah aku ulas.
Koq bisa berbeda? Bukannya pantainya sama?
Betul pantainya sama. Aku juga memarkirkan kendaraan yang aku pergunakan di spot yang sama, tetapi jika dahulu aku berjalan ke arah timur karena hendak “berburu” momen matahari terbit, maka kali ini aku berjalan ke arah sebaliknya, yaitu ke mengarah ke barat. Bukan hendak “berburu” matahari terbenam yang juga bisa dinikmati dari pantai ini karena aku datang masih terlalu siang, melainkan ingin menikmati sesuatu yang lain yang tidak aku temukan di sisi timur Pantai Walakiri. Di sana aku ingin melihat hutan yang muncul dari dalam laut 😎
Pantai Walakiri memang unik karena karakterisitik pantai di sisi timur berbeda dengan yang di sisi barat meskipun sama-sama merupakan pantai berpasir putih dengan riak gelombang yang relatif tenang sehingga aman untuk mereka yang suka bermain air di pantai. Di sisi barat terdapat kawasan mangrove yang tidak terdapat di sisi timur pantai.
Pada saat air pasang, kawasan mangrove itu akan tampak sama seperti kawasan mangrove di tempat-tempat lain; yaitu berupa pucuk tanaman bakau dengan dedaunan yang menghijau dan batang yang hanya tampak sedikit di atas permukaan air laut.
Pemandangan berbeda akan tampak ketika air laut surut, seperti saat aku berkunjung ke sana kali ini. Batang-batang pohon bakau di hutan mangrove yang semula tertutup air laut kini tampak jelas bentuknya. Dan bentuknya yang unik seolah merupakan karya seni yang dipahatkan oleh Sang Seniman Agung dan dianugerahkan ke bumi Sumba. 🙂
Jadi kebayang bagaimana indahnya jika batang-batang pohon bakau yang unik itu berbentuk siluet dengan latar belakang langit senja yang kemerahan. Sayangnya ketika itu aku tidak punya cukup waktu untuk menunggu sampai tiba saatnya sang surya kembali ke peraduannya 😦 . Ah . . . rasanya memang aku harus kembali lagi ke Pantai Walakiri untuk membuat catatan yang ketiga yang akan menyajikan indahnya sunset di sana. Semoga bisa ya . . . 😉