Sumba, an island located in the East Nusa Tenggara Province, Indonesia, was known to have local breed horses called Sumba Horses. They were not as big as the famous Arabian Horses, but their endurance and great agility could be compared to the Arabian Horses or to other horses from any parts of the world.
The Sumba Horses was said to be the descendant of Mongolian Horses. According to the history, in the Middle Ages, at the early era of an ancient kingdom called Majapahit in Java Island, the Mongolian troop came to Java Island and brought along with them their horses which they would use in the battle against Javanese soldiers. When the Mongolian troop was defeated, they left the horses behind which then were taken by Majapahit soldiers to be used as their war horses.
Then the horses were used in many expedition held by the kingdom to many parts of the region, including to Sumba. And when Sumba was conquered, some Majapahit Officers who stayed in Sumba started to breed the horses which now were known as the Sumba Horses.
The Sumbanese use the horses for many purposes; as a dowry in a wedding ceremony, as offerings in a traditional funeral ritual, and also being used in the Sumbanese war game where men throwing lance on horseback, called Pasola. Up till now, the horses also represent the ownerโs social status.
Sumba Horses could be seen easily in many savannas spread on most part of the island. They were roaming freely without any herdsmen. Late in the afternoon, the horses would went back to their stable by themselves as if somebody herd them to go back to their owners.
These pictures were taken in Mou Dulu, a savanna located on the way to Purukambera Beach from Waingapu, East Sumba. It was such a sight for me to see horses roaming freely together with some buffaloes on a savanna as what I saw was usually cars and motorcycles on a traffic jam ๐
Keterangan :
Pulau Sumba di Nusatenggara Timur, sudah lama dikenal memiliki sejenis kuda yang meskipun bertubuh relatif kecil tetapi cukup tangguh. Kuda-kuda itu dikenal dengan nama Kuda Sumba. Ciri khas kuda Sumba selain tubuhnya yang kecil juga warna bulunya yang polos, sangat jarang yang belang.
Dari informasi yang aku dengar, Kuda Sumba merupakan keturunan dari Kuda Mongol yang juga bertubuh kecil dan tangguh. Konon dahulu ketika pasukan Tartar menyerbu Pulau Jawa untuk menghukum Kertanegara, mereka membawa serta kuda-kuda mereka untuk dipergunakan dalam pertempuran. Tetapi akhirnya kuda-kuda itu mereka tinggalkan ketika mereka dipukul mundur oleh pasukan Raden Wijaya. Pada gilirannya, kuda-kuda itu kemudian diambil oleh para prajurit Majapahit dan dipergunakan dalam berbagai ekspedisi dalam rangka mempersatukan Nusantara, termasuk ke Sumba. Nah kuda-kuda yang dibawa ke Sumba ini akhirnya dikembang biakkan di sana oleh penduduk setempat yang kemudian keturunan kuda-kuda itu dikenal dengan nama Kuda Sumba.
Masyarakat Sumba tidak bisa dipisahkan dari kuda-kudanya. Bagi mereka kuda juga merupakan lambang status sosial pemiliknya di masyarakat. Bahkan dalam ritual kematian masyarakat Sumba, ketika pemiliknya meninggal, maka kudanya akan ikut dikurbankan karena mereka percaya bahwa si mati akan menunggangi kudanya di alam kelanggengan. Kuda Sumba juga dipergunakan sebagai seserahan dalam perkawinan adat sumba. Selain dalam berbagai upacara yang menyangkut siklus hidup masayarakat Sumba, Kuda Sumba juga ditunggangi oleh para prajurit Sumba dalam ritual Pasola yang diadakan setahun sekali.
Kuda-kuda Sumba sangat mudah ditemui ketika kita berada di pulau itu. Biasanya kuda-kuda itu dilepaskan di padang rumput yang banyak terdapat di sana. Kuda-kuda itu nampak seperti kawanan kuda liar karena tidak ada penggembala yang mengawasi kawanan kuda yang merumput bersama kerbau atau kambing di padang rumput yang luas. Anehnya ketika malam menjelang, kuda-kuda itu akan berjalan beriringan kembali ke kandangnya masing-masing seolah ada orang yang menuntun mereka kembali ke pemiliknya masing-masing.
Foto-foto yang aku sertakan dalam postingan kali ini aku ambil di Padang Rumput Mou Dulu yang terletak di antara Waingapu dan Pantai Purukambera. Buat aku yang terbiasa melihat mobil-mobil maupun kendaraan bermotor lain yang terjebak kemacetan di jalan, melihat kuda-kuda yang dibiarkan bebas merumput di padang luas tentunya merupakan pemandangan yang luar biasa. Bagaiman dengan teman-teman? ๐
Great Post
Thank you, Mukul ๐
welcome
kalau bicara sumba entah kenapa identik dengan kuda ya bg
Iya Win, buat masyarakat Sumba, kuda memang bukan hanya sekedar alat transportasi dan beban saja
Wonderful!
Thank you, Cindy ๐
Kuda yg dikorbankan saat sang enpunya meninggal mengingatkan saya pada Winnetou nya Karl May. Adakah penanda kepemilikan kuda Pak, seperti pada sapi yg dicap dg besi panas?
Sabana nya eksotik, NTT keren….
Wah Bu Prih pembaca tulisan Karl May juga rupanya ๐
Soal penanda kepemilikan, kebetulan aku belum sempat mencari informasi lebih jauh karena waktu itu aku cuma berhenti di tepian savana dan memang nggak ada orang yang bisa ditanya. Tapi dalam kunjungan berikut pasti akan aku tanyakan, Bu
Sumba identik dengan kuda yach Pak. Kepengen lihat pacuan kuda di Sumba nich jadinya
Sorry telat jawabnya, Lin. Baru pulang ngetrip lagi soalnya ๐
Yup, Sumba identik dengan kuda. Sebetulnya yang menarik nggak hanya pacuan kuda tradisionalnya aja, tapi pasola-nya juga keren. Dan tahun 2016 ini pasola akan diadakan antara akhir Februari – awal Maret. Mau nguber ke sana, Lin?
sebenarnya ada rencana februari ke sumba tapi belum ada approve cuti dari bos nich pak Chris hikss
Mudah-mudahan approvalnya segera turun ya Lin. Kalau pas ke sana pas ada pasola pasti asyik banget tuh. Aku sendiri rencana mau ke sana lagi baru bisa sekitar akhir Maret atau awal April
Minjem kudanya satu buat dangdutan bareng ahahah :’D
Lhah . . . memang ada ya dangdutan pakai kuda? ๐ฏ
rinduku pada Sumba
adalah rindu ribuan ekor kuda.
bicara Sumba selalu teringat puisi indah karya pak Taufik Ismail ini pak Chris.
Betul, Mbak. Puisinya memang pas banget
Nice to see the horses roaming free and enjoying themselves!
Yup, especially for us who live in a big city ๐
Wooowwwww. Beli padang savana di sini lima hektar mas buat masa tua:p
Hah . . . terus mau ngapain di padang savananya?
Ngangon kuda dong massss. Hahahah
Jangan Jat, kalau udah pensiun napas dah nggak kuat kalau buat nguber kuda yang diangon di sana ๐ ๐
Hahaha. Kan mas krisna naek motor dong ahhh. Koboi ala ala.
Ha ha ha . . ide bagus, Jat ๐
baru tahu .. asal usu kuda sumba … memang alamnya sangat cocok untuk mengembang biakkan kuda2 ya … foto2 di savanna-nya super bangettt … jadi pengen sepedahan disana .. ๐
Ayo tenteng sepedanya ke Sumba trus sepedaan di sana . . ๐
Very interesting post, Chris. ๐
Thank you, Sharifah ๐
savanna nya bagus sekali mas, ternyata ini di sumba ya… indahnya nusantara…
Yup, Sumba. Dan betul, negeri kita memang indah, dan masih banyak banget keindahan yang tersembunyi ๐
weweweweww keren speechless
Kalau melihat langsung di lokasi akan lebih speechless ๐