The floating market

Speaking about market, there are many kinds of market existing in many parts of the world, from the traditional ones to the modern ones. From the ones that takes place on open spaces or on side streets to the ones in air conditioned buildings. From the common ones to the unique ones.

And talking about the unique markets, there are markets that happened on a river, where the sellers and the buyers are all on small boats or sampans. Yes . . . such a market is known as a floating market. Most travelers are quite familiar with such a market in Thailand, but floating markets are not only found in Thailand. Indonesia also has such a market. Travelers can find Indonesiaโ€™s floating market in Banjarmasin, South Kalimantan.

IMG_LBM01

Banjarmasin, the capital city of South Kalimantan Province, was known as a river city because there was many river and canals criss-crossed the whole city and became an alternative means of transportation beside of the common roads and streets. And because of the nature of the region, many activities were done on or just close to the river; one of such activities was daily public market. There were two major floating markets in the area, the first was the floating market in Muara Kuin and the other was in Lok Baintan.

IMG_LBM02

My post this time was about the floating market in Lok Baintan, which was bigger and more lively that the one in Muara Kuin.
Lok Baintan floating market was located in Sungai Pinang (Lok Baintan) Village, Banjar Regency. So actually it was not in Banjarmasin, although it was pretty close to the city. Travelers could reach the market location in many alternatives ways. If travelers choose to ride in a car from Banjarmasin, the location could be reached within 1.5 hours. Travelers could also choose to use a river boat, which known as โ€œkelotokโ€ from some piers in Banjarmasin. Other alternative was by using a car to a certain place and then continue the trip on a kelotok. At that time, I prefer to use the third alternative to reach Lok Baintan. I rode a car from my hotel for about 30 minutes to a place called Banua Indah where there was a famous traditional food stall named Soto Banjar Pak Amat that had a small pier in the back of the stall. From there I used a kelotok for about 45 minutes cruising the Martapura River to Lok Baintan.

IMG_LBM03

The floating market was started at about 06:00 AM to 08:30 AM local time. In there, travelers could find many small sampans brought any kind of commodities, mostly freshly harvested vegetables and fruits. Some also brought fishes. There were also some bigger sampans that sold other things such as daily needs other that vegetables and fruits, or even I saw a sampan that sold various kinds of clothes. Some of them also made transactions among themselves by bartering one commodity they brought with other commodities they needed. Many tourists were also easily been seen on location watching the activities or also bought something that they needed, any kind of foods for sure ๐Ÿ™‚

IMG_LBM11

It was said that the floating market had already been existed since the Banjar Sultanate era in 16th century.

It really was a unique experience to visit such a market, not only enjoying the scenic market on a river that becomes the iconic place which represent South Kalimantan Province, but also trying some local foods and fruits sold by the locals in the floating market.–

IMG_LBM07

Keterangan :

Kalau kita ngomongin soal pasar, tentunya kita mengenal banyak sekali jenis pasar di dunia ini. Mulai dari yang masih berbentuk pasar tradisional yang digelar di suatu tempat terbuka atau bahkan di pinggir-pinggir jalan sehingga sering disebut pasar tumpah yang sering memacetkan lalulintas, sampai ke pasar-pasar modern yang digelar di sebuah loaksi yang telah tertata apik, bahkan mungkin juga berlokasi di dalam sebuah gedung berpendingin udara. Semua jenis pasar tersebut merupakan tempat dimana para penjual bertemu dengan para pembelinya. Nah . . di antar berjenis-jenis pasar itu, terselip pula beberapa jenis pasar yang bisa terbilang unik karena tidak biasa, khususnya buat masyarakat yang terbiasa dengan pengertian pasar yang umum dijumpai di hampir semua tempat.

Salah satu pasar yang terbilang unik ini adalah pasar yang di selenggarakan di tengah sungai. Ya . . pasar ini memang terapung-apung di sungai karena baik penjual maupun pembelinya mempergunakan jukung atau sampan yang di dayung, sehingga pasar yang seperti ini dikenal dengan sebutan pasar apung. Banyak orang mengenal pasar apung hanya ada di Thailand, tanpa menyadari bahwa di Indonesia sendiri juga terdapat sebuah pasar apung yang tidak kalah besarnya disbanding dengan pasar apung yang ada di Thailand itu.

IMG_LBM08

Di Indonesia, pasar terapung terdapat di Provinsi Kalimantan Selatan, bahkan ada dua pasar apung yang cukup besar di sana, dua-duanya berlokasi tidak terlalu jauh dari Banjarmasin. Pasar apung yang pertama terletak di Banjarmasin itu sendiri, tepatnya di aliran Sungai Barito dan dikenal dengan sebutan Pasar Apung Muara Kuin, sedangkan yang satu lagi terletak di Kabupaten Banjar dan berlokasi di aliran Sungai Martapura. Karena letaknya di Desa Lok Baintan, Kecamatan Sungai Tabuk, maka pasar terapung di situ dikenal dengan nama Pasar Terapung Lok Baintan.

IMG_LBM09

Menurut pendapatku, Pasar terapung Lok Baintan lebih ramai dan lebih hidup jika dibandingkan dengan Pasar Terapung Muara Kuin. Paling tidak itu kesanku ketika mendapat kesempatan berkunjung ke kedua pasar terapung tesebut.

Untuk mencapai lokasi Pasar Terapung Lok Baintan dari Banjarmasin tidaklah sulit, meskipun mau tidak mau memang harus bangun pagi-pagi buta karena pasar akan mulai sekitar jam 06:00 WITA dan selesai sekitar jam 08:30 WITA. Kalau pelancong ingin mempergunakan mobil dari Banjarmasin ke lokasi pasar, waktu tempuhnya kurang lebih 1,5 jam dari pusat kota karena di beberapa tempat jalannya relatif rusak sehingga kendaraan tidak bisa melaju kencang. Atau kalau mau lebih cepat, pelancong bisa memilih untuk mempergunakan perahu sungai bermotor yang disebut kelotok. Ada beberapa dermaga yang menjadi pangkalan kelotok yang bisa disewa untuk berkunjung ke pasar terapung. Alternatif ketiga adalah dengan mengkombinasikan kedua moda angkutan itu seperti yang aku jalani waktu itu.

IMG_LBM15

Jadi aku berangkat dengan mobil menuju daerah Banua Indah dimana terdapat Warung Soto Banjar bang Amat yang sudah melegenda itu. Di belakang warung soto tersebut terdapat sebuah dermaga kecil dimana aku menyewa kelotok dan berlayar menyusuri Sungai Martapura sampai ke Lok Baintan. Perjalanan menyusuri sungai merupakan perjalanan yang menarik juga karena di hari yang beranjak terang itu kita bisa mengamati aktifitas penduduk yang tinggal di pinggir sungai, mulai dari yang mandi, mencuci pakaian maupun perabotan, maupun yang mempersiapkan sampan untuk melakukan kegiatan harian mereka.

IMG_LBM14

Di Lok Baintan sendiri, pagi itu sudah cukup ramai meskipun aku mencapai tempat itu masih relatif pagi. Puluhan bahkan mungkin sampai berbilang ratus, jukung hilir mudik mengangkut berbagai barang hasil pertanian maupun perkebunan yang masih segar. Biasanya satu jukung hanya ditumpangi satu orang pedagang yang merangkap juga sebagai pendayung; dan hebatnya hampir semua pedagang itu adalah perempuan, beberapa bahkan tampak sudah berusia senja. Di samping mereka yang membawa sayur mayur dan buah-buahan, ada pula yang membawa berbagai keperluan rumah tangga sehingga seolah tampak seperti sebuah warung terapung. Ada pula yang berjualan ikan sungai segar dan juga makanan. Aku sempat melihat juga adanya sebuah perahu agak besar yang menjual beraneka jenis pakaian.

IMG_LBM10

Hal unik lain yang aku tangkap dari pasar terapung yang katanya sudah ada sejak jaman Kesultanan Banjar (sekitar abad ke XVI) ini adalah bahwa para pedagang tersebut ternyata juga bertransaksi di antara mereka sendiri, dan transaksi yang terjadi tidak mempergunakan uang melainkan mempergunakan sistem barter. Jadi mereka yang membutuhkan suatu komoditi akan mendekati pedagang lain yang menjual komoditi yang mereka perlukan, kemudian menukarnya dengan komoditi yang mereka bawa.

IMG_LBM12

Sungguh menarik memang pengalaman berkunjung ke pasar ini, tidak hanya karena bisa menikmati suasana pasar yang sudah menjadi ikon Propinsi Kalimatan Selatan ini, tetapi pengalaman mencoba beberapa jenis penganan lokal dan juga pengalaman berbelanja buah-buahan segar langsung dari para pedagang di atas perahu juga tidaklah bisa dilupakan.–

IMG_LBM13IMG_LBM16

Categories: Pictures of Life, Travel Pictures | Tags: , , , , | 71 Comments

Post navigation

71 thoughts on “The floating market

  1. Great shots! I like the colors and real atmosphere! I have been in a similar market in the South of Vietnamโ€ฆit was fantastic. ๐Ÿ™‚

  2. The water world looks like an amazing place, Chris ๐Ÿ™‚

    I was wondering, how the traffic is managed? Is there any traffic police around ๐Ÿ™‚

    A very nice perspective, really gives a feel of the place.

    • Thank you, Sreejith.
      As for the traffic, they did not need any police since they only used rowing sampans, so it was quite easy for them to manage their sampans not to bump one another ๐Ÿ™‚

  3. Wow, that is amaging!
    Semoga suatu hari nanti bisa berkunjung ke Banjarmasin, liat pasar apung.

  4. Wow ! That’s seriously awesome ! ! ! โญ

  5. btw mas mereka barter untuk keperluan sendiri atau dijual lagi kah?

    dari semua jualannya saya jadi inget udah lama banget gak makan daun singkong, sampe ngeces deh ngliatnya…

    salam
    /kayka

    • Yang barter ada yang dipakai sendiri, ada pula yang dibawa ke pasar untuk dijual lagi, Mbak

      Oh Mbak Kay suka daun singkong juga? Di sana susah ya Mbak cari daun singkong?

      • ic,,,

        iya mas suka banget tapi gak pernah liat ada yg jual disini ๐Ÿ™‚

        salam
        /kayka

      • Wah repot ya Mbak kalau bahan makanan atau makanan kesukaan kita ternyata gak bisa diperoleh di daerah tempat kita tinggal ๐Ÿ˜ฆ

      • iya gitu deh mas salah satu dilema tinggal jauh dari tanah air ๐Ÿ˜ฆ

        salam
        /kayka

      • Sebetulnya gak cuma karena jauh dari tanah air aja sih Mbak, kadang beda daerah aja bisa bikin salah satu bahan makanan kesukaan susah didapat

      • bener banget mas. jadi inget ibu saya senang sekali kalo dibawain sst oleh famili dari kampung yang susah ditemukan di pasaran ๐Ÿ™‚

        salam
        /kayka

      • Iya Mbak, aku sendiri sampai sekarang kalau ada yang saudara yang datang dari kampung halaman selalu nitip makanan khas dari sana. Meskipun kadang di rantau ada makanan sejenis, tapi soal rasa selalu yang di kampung halaman terasa lebih enak ๐Ÿ™‚

  6. ethereal! โค

  7. Kemarin saya ke floating market bandung, tp yg dibandung buatan sihh. Namun seru juga melihat transaksi di pasar apung kyk gini. Must be visit nihh.

  8. Wohhhhh! Belanja buat masak mas?:p

  9. langsung pengen belanja sayur hahaha

  10. membayangkan lagi main bom2 car gitu. cuma di atas sungai. tabrak2an satu sama lain sambil jualan. ๐Ÿ˜€

    • Ha ha ha . . bisa aja Ryan, memang mirip sih jadinya, cuma saja mereka yang naik sampan di sungai itu tabrakannya cenderung lembut ๐Ÿ˜€

  11. Aku pernah ke sana Mas.. Tp kayaknya udah agak kesiangan.. Jd air sungainya udah keburu pasang shg gak bs lwt bawah jembatan.. Trus sarapan di sana, besoknya temen2ku pd sakit perut untungnya aku nggak, jd diledekin dosaku dikit.. Hehehe..

    • Mungkin yang Nita kunjungi bukan yang di Lok Baintan tapi yang di Muara Kuin, karena kalau yang ke Lok Baintan, jembatannya tinggi-tinggi jadi praktis tidak terpengaruh pasang surut air sungainya

      • Eh ada dua yaaa? Baru tau.. Haha.. Pokoknya yg tpt aku kunjungi ada monyet2nya gitu Mas.. Itu yg muara kuin ya?

      • Yup ada dua Nit, dan kunjungan ke kedua tempat yang berbeda tersebut bisa dilanjutkan dengan mengunjungi Pulau Kembang tempat para monyet itu

      • Nyambung ternyata yaaa… *jd ketauan deh aku klo jalan2 cm bawa badan doang, gak tau kemananya. Hahaaha

      • Dibilang nyambung . . . ya bisa juga sih meskipun letak Lok Baintan dan Muara Kuin lumayan jauh; maklum saja sungai-sungainya di sana kan saling sambung menyambung juga ๐Ÿ˜€

  12. Warna-warni jukung berpadu dengan aneka jualan hasil bumi sungguh hidup ya Pak, duh alangkah kayanya negeri kita semoga jadi kemakmuran bersama.
    Dominasi pelaku bisnis pasar terapung Lok Baintan kaum hawa ya Pak
    Sungguh terima kasih Pak Krish diajak menikmati budaya pasar terapung Kalimantan Selatan ini.
    Salam

    • Iya Bu, mudah-mudahan saja keunikan pasar apung bisa lestari juga ya Bu. Sayang kalau sampai hilang karena tergerus jaman.
      Dan memang para pelaku bisnis di Lok Baintan, maupun di Muara Kuin, didominasi para ibu karena para bapak mengerjakan sawah ladang ataupun bekerja mencari ikan

  13. Kalau masyarakat sekitar memang msh setia berbelanja di pasar itu gak ya pak? Seru bangeeet….pengin nyobain belanja di sana ๐Ÿ˜€

    • Masyarakat sekitar memang masih berbelanja di pasar terapung itu Yus, apalagi Lok Baintan bisa dikatakan semacam pasar induk dimana para pedagang membeli barang yang akan mereka jual lagi di pasar-pasar yang lebih kecil, disamping memang ada juga yang berbelanja untuk konsumsi sendiri. Meskipun demikian, memang tidak bisa dipungkiri bahwa ada kecenderungan jumlah pedagang dan pembeli yang bertransaksi di pasar terapung menurun

  14. So colorful…and crowded!

  15. Jadi inget iklan RCTI OK :))

  16. harumhutan

    ahaai..ini dulu jadi logonya rcti ya ,ibu ibu diatas perahu..:)

    indonesia emang unik,smoga pasar apung ini terus lestari, ini palingan bentrokan perahu ama perahu ya om kalo lagi belanja, kecebur ga ya kalo aku yang belanja kan belum bisa dayung perahunya,

    seru juga ini, gimana mutenya kalo beli ikan,sayur,buah dll..hihihi.. lucu..pengeeeeen kesini

    ga ada penginapan didekat situkah om?

    • Jadi ingat ya Wiend? ๐Ÿ™‚

      Yup, semoga lestari. Jangan kuatir kecebur karena pelancong ke situ gak pakai sampan dayung tapi pakai kelotok yang uruannya lebih besar dan lebih stabil, sampai-sampai kalau kita nangkring di atapnyapun gak kuatir kecebur.

      Muternya, mereka punya trik sendiri, apalagi pasar ini juga benar-benar “hanyut” terbawa arus sungai, jadi sambil berpindah mengikuti arus sungai, mereka bermanuver juga menghampiri para pembeli

      Penginapan ada di Banjarmasin. Gak jauh koq.

  17. amazing colours!

  18. Fantastic images, Chris, and so colourful. The amount of fresh produce is amazing. ๐Ÿ™‚

  19. Keren Om..ke unikan ini sangatlah penting untuk dilestarikan. Kapan hari waktu di Lembang, saya kira seperti ini hihihi..kapan yach bisa mengabadikan foto seperti ini. Seperti foto kalender om keren

  20. Ah keren sekali ini. Dari dulu lihat cuma di TV, tapi belum pernah ke sana. Ah, pengen…

  21. nice shot mas….

  22. terbang ke Banjarmasin buat belanja jiaaahahahaa…
    ngiler sama kesegaran sayur2nya

  23. seru bayangin tawar menawar di atas perahu pakai logat Banjar yg mengalun itu….., sambil agak2 gamang dikit karena gerakan air…
    aku berani nggak ya..,

    • Pasti Mbak Monda berani lah Mbak, kan kapal yang kita pakai lebih besar dari sampan yang dipakai para pedagang itu, jadi gerakan airnya praktis gak terasa

  24. SuperDuper! โ™ฅ

  25. Foto-foto Mas Krish selalu banyak cerita. Aku baru balik dari Lok Baintan, namun foto-fotoku tak sebagus di sini. Hiks …

  26. jatuh cinta ama tempat ini, perna liburan sekeluarga trsu makan rawon diatas perahu yg goyang2 bikin deg2an

  27. Interesting story and amazing photos, Mas Chris. Satu hal yang sangat menarik disini adalah sebagian besar pedagang dan pembelinya adalaha wanita ya.

Leave a reply to cindy knoke Cancel reply

Create a free website or blog at WordPress.com.