Hmmm . . . sounds interesting, isn’t it? Do you want to know where did I find that row of boats? Well, I found them in Lembang, a small town not more than 20 kilometers from Bandung, West Java, to the north. It was in place called Lembang Floating Market. Don’t think that the place was like the floating market in Thailand or in Kalimantan which was on a big river, and the sellers and buyers really doing their transactions on boat. In Lembang, it was only the idea of a floating market that took into a kind of food court in a recreation park in which all the food stalls were in a form of small boats tied along a pier, and people eat on the pier 🙂 .
The place was actually a natural lake called Situ Umar, and it really unique to find a kind of floating market not on a river but on a lake instead. The area has been changed to be a family recreation park with a unique concept. The management forbade any transactions in the area using any other means than their chip-like coins. There were 4 kinds of ‘coin’ with different values; Rp 5,000.–, Rp 10,000.–, Rp 50,0000.–, and Rp 100,000.–. So once travelers get off from their cars, they should buy the entrance ticket and also buy coins to be used in the area as well.
In the area, travelers could find a well managed and clean park located around the lake. There was a path which brought travelers to each and every corner of the park. Some buildings made of wood were functioned to be souvenir shops, snack counter and also restaurants.
There were many activities could be done in the area almost for every body. For the young ones, for instance, they could feed the geese in a small pond close to the entrance area, or they could try to drive an ATV on a track nearby. And for the little ones, they could feed and interact with cute bunnies in an open cage, or join a coloring class.
There was also a mini paddy field in there, so travelers could join some traditional farmers cultivating the fields. In another corner. travelers could also picking strawberries in a strawberry field. For them who like to have activities on the lake, there were canoes and paddle-boats that could be rented. To swim in the lake, however, was prohibited.
Back to the foods sold in the market area, almost all were traditional Indonesian foods, although there were one or two boats that sold lollipops and candies. The price range for each food in there were between Rp 10,000.– (approximately US$ 1.–) to Rp 25,000.– (approximately US$2.50).
For them who want to visit Lembang Floating Market, they better come early, since it will be quite crowded later, and to find a table to enjoy the foods will also be quite difficult
Keterangan :
Kalau ada sederetan perahu yang menjual aneka jenis makanan yang rasanya lezat, tentunya menarik bukan? Apalagi tempatnya berhawa lumayan sejuk, sehingga menyantap aneka makanan itu tentu akan terasa semakin nikmat. Bisa menebak di mana? Nah . . biar gak penasaran, aku kasih tahu aja deh. Tempatnya di Lembang. Ya Lembang yang dekat Bandung itu. Nama tempatnya Lembang Floating Market atau Pasar Apung Lembang. Jangan berpikir bahwa tempat ini betul-betul merupakan lokasi pasar terapung seperti yang ada di Thailand atau di Kalimantan, karena di Pasar Apung Lembang, penjual dan pembeli tidak bertransaksi di atas perahu yang berlalu lalang sepanjang ruas sungai tertentu. Maklum saja, di Lembang kan gak ada sungai yang cukup lebar seperti di Thailand atau di Kalimantan itu. Di Lembang Floating Market ini, perahu-perahunya tertambat di pinggiran semacam dermaga yang ada di sebuah danau, dan yang dijual juga hanya aneka makanan, khususnya makanan tradisional Indonesia.
Lokasi Pasar Apung Lembang yang berada di belakang Grand Hotel Lembang ini, semula hanyalah berupa danau kecil yang menjadi tempat pemancingan bagi penduduk sekitarnya. Belakangan, danau yang bernama Situ Umar itu dikembangkan dan diubah menjadi sebuah tempat rekreasi keluarga yang tertata rapi dan memiliki konsep yang lumayan unik.
Ayo kita lihat dari depan. Jadi lokasinya memang sedikit masuk kalau dari jalan utama, Tapi jangan khawatir, karena petunjuknya cukup jelas koq. Nah begitu sudah masuk ke area drop-off penumpang di depan sebuah bangunan seperti pendopo, kendaraan dapat langsung diparkir di area parkir yang lumayan luas. Sementara itu, penumpangnya dapat langsung masuk ke bangunan pendopo tersebut untuk membeli karcis masuk. Selain karcis, pelancong juga harus membeli sejenis koin berbahan plastik yang akan dipergunakan untuk melakukan transaksi selama berada di dalam kawasan Pasar Apung Lembang itu. Ya di situ tidak bisa melakukan transaksi dengan uang tunai ataupun kartu kredit. Jadi yang dipakai ya koin itu. Koin-koin yang dipergunakan itu memiliki 4 nominal, yaitu Rp 5.000,–, Rp 10.000,–, Rp 50.000,–, dan Rp 100.000,–. Bentuk koinnya seperti apa, tuh fotonya aku pasang di atas 😛
Begitu selesai dengan urusan beli karcis dan juga koin, pelancong dapat memasuki kawasan taman rekreasi itu melalui pintu belakang pendopo itu. Dan begitu keluar dari pintu, pelancong akan disuguhi pemandangan sebuah kawasan taman yang cukup luas dan rapi dengan sebuah danau di tengah-tengahnya. Di sekeliling danau ada jalan yang cukup lebar sehingga pengunjung tidak perlu berdesakan menyusuri tepian danau dan menjelajah sudut-sudut kawasan tersebut. Beberapa bangunan kayu di sepanjang jalan itu dipergunakan sebagai kios cendera mata ataupun sebagai restoran dan kios penjual makanan kecil.
Ada banyak aktifitas yang bisa dilakukan di sana. Buat para remaja misalnya, mereka bisa memberi makan angsa-angsa yang berada di sebuah kolam kecil tidak jauh dari pintu masuk. Atau bisa juga menjajal kemampuan mereka mengendarai ATV di sebuah trek yang tidak jauh dari kandang angsa-angsa itu. Sedangkan buat mereka yang masih kecil, aktifitas memberi makan dan berkejaran dengan kelinci-kelinci lucu di sebuah kandang terbuka juga pastilah menyenangkan. Atau kalau tidak mau berlarian, duduk tenang menggambar dan mewarnai di salah satu saung yang ada di situ tentu akan mengasyikan juga.
Di sudut lain, terlihat sebidang sawah dengan padinya yang baru ditanam. Kawasan sawah ini ditandai dengan sebuah gapura dengan papan nama “Kampung Leuit”. Para pelancong yang berkunjung ke situ bisa mengamati atau malah ikut serta melakukan kegiatan di sawah tersebut. Dan buat yang ingin melakukan aktifitas di danau, mereka bisa menyewa sampan dan berdayung berkeliling danau ataupun melatih otot-otot kaki dengan menggenjot perahu berpedal. Eh tapi kalau mau berenang di danau gak bisa ya. Ada larangan untuk berenang di situ.
Sekarang balik ke soal makanan. Di salah satu sudut danau, dibuat semacam dermaga beratap dengan bentuk huruf “U” yang dipergunakan sebagai food court. Hanya saja bedanya dengan food court yang di mall-mall, kalau di sini tempat berjualan dan menyiapkan hidangan bukanlah berupa konter, melainkan berupa perahu-perahu kecil yang tertambat di sepanjang tepi dermaga itu. Perahu-perahu itu di cat dan didandani cukup meriah sehingga menambah keunikannya. Harga makanannya sih ya relatiflah. Sewaktu aku kesana itu, per porsi dihargai antara Rp 10.000,– sampai Rp 25.000,–
Nah kalau sekali waktu berencana berkunjungke sana, aku sih menyarankan untuk jangan kesiangan saja kesananya. Bukan apa-apa sih, hanya saja semakin siang di sana pengunjungnya semakin penuh. Apalagi di akhir pekan dan hari-hari libur. Kalau sudha ramai begitu, tentu akan susah juga memperoleh kursi untuk duduk menikmati berbagai jenis makanan yang kita pesan di situ bukan
So wonderfully colorful!
Thanks, Teri 🙂
Such an awesome place so beautifully captured, Chris! Have a wonderful week!
Thank you, Robyn, and have a great week! 🙂
Chris – Between your photographs and delightful narration, I wanted to grab my sandals and join in the days fun. We don’t do much in the way of casual markets here in the US and I found it hard to return to regular supermarket shopping upon our return to the US after living abroad for so many years. Additionally, this sounds so much like a family friendly place – nice narration.
Thank you, Sheri. And yes it is a family friendly place 🙂
Berarti Situ Umar ini jadi diprivatisasi ya? Kalau mau ke Situ Umar saja bisa masuk tanpa harus beli karcis? Wah, warga jadi sulit mancing di sana lagi dunk ya…
Kalau mau ke Situ Umar ya mau gak mau harus beli karcis masuk karena posisinya sekarang berada di tengah-tengah kawasan wisata itu Mas. Soal warga setempat yang ingin mancing, memang sekarang mereka tidak bisa mancing di situ lagi seperti dulu, tetapi mereka memperoleh manfaat lain yang lebih menguntungkan dari dibukanya daerah itu sebagai kawasan wisata
Mupeng om, keren tempatnya 🙂
Keren dan makanannya macam-macam, Mes 🙂
Thanks for taking us along to this beautiful place, Chris. I’d go there in a moment’s notice if given the chance.
Oh I believe that you will get the chance to visit the area someday, Sid 🙂
The photos are beautiful but what’s striking is all the vivid color…..love the color 🙂
Thank you, Ingrid. Glad to know that you love the color 🙂
Wah saya padahal cuma 30menit ke lembang, tapi rasanya males ya main ke floating marketnya heheheee
Memang kalau sudah kesiangan bikin malas karena padat pengunjung, Kaz 🙂
Cuma lewat doang sih, penuh banget kayanya..
Aku juga beberapa kali bermaksud mampir ke situ batal gara-gara kelihatan penuh. Nah terakhir itu kebetulan aku pas lewat situ masih realtif pagi dan aku lihat belum penuh, makanya aku mampir, eh ternyata di dalam penuh juga karena kebetulan ada acara outingnya salah satu perusahaan raksasa dari Jakarta
Pagi Om..suksma atas ucapan Nyepinya…Ia Om..mengenai cerita di atas…Pernah diceritakan oleh teman kita..mbak Dey dan Nchie serta beberapa teman blogger yang memang sering mainanan ke sana..terus terang tempat ini memang jadi incaran saya jika kelak diberi kesempatan mainan ke Bandung (kapan yach).
Semua foto saya suka Om..ciri khas Om yang selalu menyajikan foto dalam berita..nah yang paling saya sukai foto pertama dan terakhir om..khusus untuk foto yang terakhir..hihihi kalau saya jadi om..diem-diem biar ngak dilihat orang, saya potong tuh tanaman pas tengah2nya, jadi frame kiri dan kanan saja..biar rumahnya kelihatan hahahahahha sukses OM
Kalau sempat kesana dan bawa anak-anak, pasti seru, Bli. Anak-anakku juga betah di sana 🙂
Terimakasih juga sudah suka sama hasil jepretanku. Soal foto yang terakhir, penginnya memang motong tanaman itu, Bli, apa daya di belakang posisiku sewaktu mengambil gambar ini banyak orang, yaitu para pedagang makanan di beberapa perahu yang ditambatkan di situ 😀
Wahhhhh kalau demikian adanya jangan coba2 potong om..ntar dikira yang bukan2 hihihihii…kangen pingin Kopdar lagi nich Om
He he he . . . iya Bli, makanya harus puas dengan kondisi seadanya itu 😀
Soal kopdar lagi, ayo saja. Aku juga sudah pengen motret bareng lagi nih sama Bli Budi
keduluan om crish kesininya ih..! 😀
kmaren itu rame bener status isinya floating market,saking penasarannya browsing dan wow ..menarik sepertinya, mengingatkan pasar apung kalimantan ya om…
lembang dg udara yang sejuk pasti bawaannya pengen makan mulu,sayangnya koinnya ga bisa di refund jd tukar seperlunya aja katanya, aga ribet jg sih pake tukar koin segala…
katanya kentang gorengnya yg 10rb itu om yang enak,bener ga? slebihnya STD katanya,dan mahal ..
**ini ga cocok buat backpackeran macam aku floating market,tapi teteplah harus kesini,meski cuma makan kentang doang 😆
Iya jadi keingat pasar apung di Muara Kuin, Wiend, meskipun yang di sana lebih menarik karena lebih riil 🙂
Trus itu informasi yang didapat memang betul, koin yang sudah dibeli gak bisa ditukar balik jadi duit, jadi ya harus pinter-pinter memperkirakan berapa yang mau dibelanjakan di sana. Mendingan tukar sedikit dulu, kalau kurang baru tukar lagi. Eh tapi koinnya gak ada masa kadaluwarsanya koq. Kalau kapan-kapan kesana lagi ya bisa dipakai lagi. Mereka memberlakukan sistem koin itu buat kontrol pemasukan juga mungkin.
Trus soal yang enak, nah ini repot. Di udara dingin Lembang, buat aku semua makanan enak tuh 😛 Kalau mahal, ya relatiflah. Kalau memang rasanya enak kan harga sedikit tinggi bisa dimaklumi bukan
ya koin itu bisa dipakai kapan aja yang aku baca,tapi ya masa kesana mulu heheh
betul lebih baik seperlunya aja dulu nukernya..menarik memang…
kalo kata orang bandungnya mahal om, karna mreka biasa makan didaerah lembang dengan harga yang lebih murah dan lebih enak 🙂
mahal karna kan tempatnya juga bagus,yah ga om 🙂
hahaha hawa dingin membuat lidah om crish menjadikan smua makanan enak……:P
Iya sih Wiend, aku juga mikir sih kalau mau kesana lagi dalam waktu dekat ini 🙂
Nah kalau soal mahal atau murah, ya itu tadi, menurut aku relatif. Buat yang sudah terbiasa belanja di Lembang, ya mungkin di Pasar Apung jatuhnya agak mahal. Eh tapi di Lembangnya dimana dulu makannya, perasaan sih kalau di Lembang aku makan juga harganya mirip-mirip sih. Atau mungkin karena aku gak tahu tempat makanan murah dan enak di Lembang itu 🙄
Kagum dengan penataan lansekapnya dan diabadikan dengan indah oleh Pak Krish.
Wisata situ/danau dengan aktivitas beragam ya Pak. Pun suasana lingkungannya bersih tak terlihat ceceran sampah. Semoga suatu saat kami mencicipi keindahannya.
Salam
Betul Bu, penataan lansekapnya lumayan bagus dan kebersihannya juga cukup terjaga. Mudah-mudahan keadaan demikian bisa bertahan lama sehingga ketika Bu Prih mendapat kesempatan berkunjung ke sana masih bisa ikut menikmati suasana asrinya
MUPENG ih……
pas banget baca tulisan kamu plus liat photo yang full colour sambil dengerin lagu Frank sinatra adem rasanya.
mau belajar photo photo ah…
Lho lagu Frank Sinatra yang mana tuh?
Kemarin udah sampai parkiran trus ujan deras, akhirnya batal turun 😦
Yaahhh . . sayang amat Mas Cum 😦
Perlu diulang lagi tuh jalan kesananya
mesti makanannya tambah enak pake pemandangan begini ya 🙂
salam
/kayka
Betul Mbak, apalagi ditambah udara sejuk seperti di sana itu 🙂
Pengelolaan sebuah danau kecil untuk aktifitas bisnis yang profesional ya Pak Chris…
Tempatnya indah dan berwarna warni..
Betul Mbak. Mudah-mudahan saja kualitas perawatan dan pengelolaan kawasan ini tidak menurun seiring dengan meningkatnya pengunjung
bagus bingits tempatnya.. kapan hari ke bandung 2 hari cuma ke kawah putih aja..huhuhu..
kapan2 diagendakan ke sana ah..makasih om..jd tau ada tmpt beginian di bandung 😀
Sama-sama, Eda.
Memang posisinya beda arah dengan Kawah Putih, jadinya kalau memang yang bertujuan ke Kawah Putih hampir semuanya tidak ke arah Lembang, kecuali waktunya memang longgar banget
Aku belom pernah ke sini 😀
Ayo ke sini, Mbak Eka 😀
iya bener banget tuh, kalau sudah kesiangan jadi ramee bgt,, haha, beneran jadi pasar 😀
Nah bener kan . . 😀
Aku sampai di sana belum terlalu siang saja sudah lumayan susah cari tempat duduk kosong buat makan
3 thn lalu saya ke lembag belum ada pasar terapung begini, apa baru buka ya Chris?. Objek wisata yg menarik dikunjungi, mirip pasar terapung di Thailand 😉 .
Kalau aku gak salah mereka baru buka tahun 2012-an gitu deh Mbak. Jadi memang belum terlalu lama. Soal mirip, ya memang mirip sama yang di Thailand, cuma suasananya jauh berbeda
Investasi yang sangat pas untuk masa kini ya Mas. Seandainya kita punya uang banyak, kita bisa gabung bikin tempat rekreasi baru, sementara masyarakat memang selalu haus dengan suasana tempat bersantai yang baru. Yuuuk ? berminat gak?
Nah itu dia Pak, urusan uang banyaknya itu yang jadi kendala 🙂
Tapi memang betul sih Pak, masyarakat memang membutuhkan tempat rekreasi. Apalagi tempat rekreasi yang menarik dan harganya terjangkau.
Gampang kalau pengen punya uang banyak, kita jual aja sawah orang lain yuuk? hahaha. 😀
Ha ha ha . . . bisa aja Pak Muh ini 😆
😀
The vibrancy of those colors! Love!
Thanks you, glad that you love them 🙂
I so enjoyed these colourful images and your story woven around them, Chris. 🙂
Thank you, Sylvia 🙂
Kemarin ke sana. Yang perahu terbalik itu sekarang gak ada Mas..Sudah karam kali yah hehehe..Duh hasil fotonya itu lho Mas, keren nian..
Wah sudah gak ada ya Mbak? Betul juga mungkin sudah karam, atau malah sudah betul dan sudah berlayar entah kemana 😀
Sayangnya nih makanan di sini kurang seru:d
Kalau soal makanan sih aku gak berani terlalu kasih komentar, soalnya tergantung selera masing-masing juga
Iya sih, bener juga. Beda mulut beda selera:d
Nah itu dia 🙂
Tahun lalu aku sempet ke sini, Mas Khris..dan malah sama sekali nggak nyobain jajanan di pasar apungnya. Jadi cuma keliling lihat-lihat doank..pas itu dateng di hari Minggu dan rameee bgt..
walaupun tempat wisata wajar kl rame tapi kalo pas lg rame bgt nggak nyaman jg rasanya ya Mas hahaa..
Betul Teen, kalau sudah terlalu rame kita juga gak bisa menikmati juga ya
Beautiful photos… 🙂
Thank you, Drake 🙂
spt biasa Foto fotonya cantik cantik mas, pasti bakalan lupa waktu deh andai berada di sana 😛
Terimakasih, Mbak.
Memang kalau lagi asyik kadang bisa lupa waktu, Mbak 🙂
iya mas, apalagi lihat yg cakep cakep spt gambar di atas ya? kl di sini itu aku seringnya dibikin lupa waktu jg mas sama burung burung liar, baik yg sering main di depan dapur, halaman depan dann belakang rumah, juga yg berterbangan di atas kepala pas lagi gowes 🙂
Sebetulnya lebih asyik kalau melihat burung yang terbang bebas, Mbak. Sayangnya kalau di sini sudah jarang menemukan burung-burung indah yang masih terbang bebas. Paling-paling sekali-kali suka lihat juga di halaman rumah kalau pagi sih
jadi penasaran dengan pasar terapung di lembang ini,,,,apakah suasanana sama dengan pasar terapung di banjarmasin…, mungkin saya akan mampr ke lembang..suatu saat nanti….Keep happy blogging always…salam dari Makassar 🙂
Suasananya beda banget, Pak, karena kalau di Banjarmasin kan pasar yang jadi tempat wisata, sedangkan yang di Lembang ini tempat wisata yang dibuat seolah-olah seperti pasar.
Salam kembali dari Jakarta, Pak 🙂
lihat foto teman2 kopdar di sini aja bikin mupeng
apalagi foto pak chris yang indah2 jadi makin pengen capcus ke Lembang
Nah ayo ke sana Mbak 🙂
Ini adalah postingan kedua yg asmie baca ttg pasar apung, dan dua2 nya bikin asmie mupeng 🙂 hu hu hu kpn asmie bisa dolan kesana ya?
Yg satunya ada di ronalblog.com
Kapan Asmie bisa dolan kesana? Sebetulnya jawabannya gampang koq, yaitu tergantung kapan Asmie mau dolan ke Bandung atau Lembang 🙂
Beautiful place for an outing for sure 🙂
Nice images, Chris.
Thank you, Sreejith
Colorful floating markets!
Yes indeed 🙂
That’s a great, creative concept! Thanks for sharing, Chris.
My pleasure, Sharifah 🙂
Ada tempat wisata baru Om, Dusun Bambu, kurang lebih 7 km dari Lembang ke arah Cisarua (Cimahi). Katanya sih bagus buat foto2.
Salam kenal Om, sering liat di blog Bli Budi & suka ngintip kesini tapi baru sekarang menyapa 🙂
Salam kenal juga Mbak Dey 🙂
Iya aku pernah dengar juga mengenai Dusun Bambu itu, cuma masih belum sempat ke sana. Itu jalannya lewat Jalan Sersan Bajuri atau bukan ya Mbak?
Kalau dari Jl. Setiabudi bisa belok ke Jl. Sersan Bajuri lalu masuk Jl. Kol. Masturi (Parongpong). Lokasinya sekitar Situ Lembang.
Kalau dari Lembang bisa langsung belok ke Jl. Kol. Masturi.
Pakai GPS aja Om, Gunakan Penduduk Setempat, hehehehe. Eh tapi kalau tanya sama penduduk, selain menyebut Dusun Bambu, bilang juga Situ Lembang – Cisarua.
Sip, terimakasih infonya, Mbak Dey. Mudah-mudahan pas liburan mendatang ini sempat jalan ke sana.