Tegal is the name of a small town in Central Java, Indonesia. it can be reached in 6 – 7 hours drive from Jakarta, the capital city; or just 5 hours if you use a train to reach the town from Jakarta. The town is relatively small, so many maps will not include the town in it. For Indonesians, however, the town is quite known for its dialect which is often used by many comedians to start laughter among the audiences. More than that, Tegal is also known for its lamb satay and its specific food stalls called “Warung Tegal“.
Although the town considered as a small town, Tegal grows rapidly. Many Indonesian banks open their branch office in Tegal. The sea-port in Tegal is always busy, many ships from every corners of Indonesia come and go bringing commodities. During my visit to the town, I also saw many new hotels have already opened, and many new buildings have been erected to replace many old ones.
Luckily, many historical old buildings which were built in the last 1800 until the early 1900 are still intact. Old houses, especially in the local China Town, are still occupied by the descendants of the first owners, and they still live in those houses too. On the other hand, many bigger buildings are being used by government for their many offices, while many other old building are still being used as they designed to be.
I took these pictures in two separate locations in Tegal, hence I put the word “corners of” instead the usual word “corner of” in the title to explain interesting parts of a town (*so far I’ve already posted about a corner of Semarang and a corner of Bandung*). Let’s hope that those buildings are still retained and well maintained so that many people can still appreciate their strength as well as their beauty.–
Keterangan :
Tegal, sebuah kota kecil di pesisir utara Jawa yang bisa dicapai dengan berkendara selama 6 – 7 jam dari Jakarta, atau hanya sekitar 5 jam jika ditempuh dengan kereta api. Kota ini memang relatif kecil, sehingga kadang-kadang tidak digambar dalam peta. Meskipun demikian, Tegal berkembang cukup pesat. perekonomiannyapun realtif maju dengan ditunjang dengan hidupnya pelabuhan yang sering disinggahi kapal-kapal pengangkut komoditi dari dan ke berbagai penjuru tanah air. Pesatnya pertumbuhan ekonomi di Tegal juga bisa ditengarai dengan banyaknya bank, baik bank swasta maupun bank pelat merah yang membuka kantor cabang di kota tersebut. Pembangunan fisik tampak dimana-mana. Banyak gedung baru dibangun, sebagiannya untuk juga menggantikan gedung-gedung yang sudah tua.
Bagi sebagian besar dari kita, informasi mengenai pesatnya perkembangan kota mungkin kalah jika dibandingkan dengan terkenalnya sate Tegal dan Warung Tegal atau Warteg. Belum lagi logat bicara orang Tegal yang khas yang sering ditirukan oleh banyak pelawak untuk memancing tawa penonton.
Anyway, aku tidak akan berpanjang lebar membicarakan kota ini, karena memang tujuanku hanyalah ingin menunjukkan bahwa di kota kecil ini sebetulnya masih banyak bangunan-bangunan tua yang masih terawat dengan baik sampai sekarang. Mudah-mudahan saja pelbagai bangunan ini tidak tergilas oleh roda pembangunan kota. Aku sengaja mempergunakan kata “tidak tergilas” dengan harapan bahwa gedung-gedung tersebut masih bisa exist sampai lama. Bagaimanapun sayang juga kalau gedung-gedung tua bersejarah dihancurkan untuk kemudian diganti dengan bangunan baru yang belum tentu memiliki kualitas dan kekuatan yang sama dengan gedung-gedung tua itu.
Pada kesempatan aku berkunjung ke Tegal, aku sempat mengambil foto beberapa bangunan tua yang relatif masih dalam kondisi baik karena masih ditempati ataupun masih dipergunakan, selain juga sudah mengalami renovasi tanpa mengubah tampilan keseluruhan gedung-gedung itu. Mari kita berharap semoga saja bangunan-bangunan tua tersebut masih bisa dinikmati sosoknya sampai bertahun-tahun yang akan datang.–
Wow this place is really beautiful, full of cultural heritage and your pictures are so stunning impacting true beauty of this place.
Thank you 🙂
Foto-foto Mas Krish selalu mempesona. Suasana bangunan tua itu dapat banget, serasa memandang gedungnya langsung.. 🙂
Terimakasih Mbak 🙂
Kalau ditanya ttg Tegal, saya hanya tahu warung tegal & logat tegal yg khas. Wah ternyata di Tegal byk pula bangunan-bangunan kuno ya Chris. Klo lihat dari fotonya, bangunan-bangunan tsb masih terjaga dg baik. Foto terakhir “UPS Tegal” kantor ups atau pos Indonesia?.
Iya Mbak, sebetunya masih ada beberapa lagi sih. Gedung-gedung itu masih terjaga karena kebetulan masih dipakai. Untuk foto terakhir, gedung itu pernah dipergunakan oleh sebuah universitas swasta sebagai gedung kampusnya. UPS di situ nama universitasnya, Universitas Panca Sila kalau aku gak salah. Tapi dengar-dengar sekarang gedung tersebut sudah kosong lagi. Mudah-mudahan dikosongkan bukan karena mau dirobohkan.
Kirain UPs jasa pengiriman :D.
He he he . . . pasti banyak yang mengira begitu, Mbak 😀
I hope too!!!! Must be preserved and well maintained as historic site. Very beautiful architecture!!!
Thank you, Mirna. I agree with you, those buildings have beautiful architecture
Here on Brazil is a fight to protect ours historic buildings. I hope there is not the same!!!!!
Well, it happened everywhere. It’s a never ending battle against greed. Not too long ago, a historical building in a city here was demolished for the sake of a modern shopping mall to be build 😦
pernah mampir di Tegal cuma beli tahu Tegal yg maknyus banget, dan nggak keliling kota.., sy terpesona mas Chris …, selalu berharap semua gedung tua yg umumnya punya arsitektur indah itu dipertahankan
aku suka bangunan tua
Wah sayang juga ya gak sempat keliling Tegal, tapi lumayanlah sudah sempat beli tahu aci-nya. Memang mak nyus, apalagi kalau dimakan panas-panas pakai cabe rawit ya Mbak 🙂
Iya aku juga suka bangunan tua. Mudah-mudahan saja harapan kita semua supaya bangunan-bangunan bersejarah ini tetap dipertahankan bisa terlaksana.
Kantor posnya… sayang ingat sekali waktu ke Tegal laka-laka
Wah sudah sempat mampir ke Tegal juga, Dhave?
sempat laka-laka disana Om… walau cuma sehari.. rasain sweeke deket stasiun..wuenak tenan
Memang itu enak sih, tapi sebetulnya kalau dekat stasion ada makanan lain yang lebih enak tuh Dhave
Apa om…apa itu hehhehe mau donk… hehehe
Nah ayo kapan janjian ketemuan di Tegal, nanti aku tunjukin. Pokoknya dijamin mak nyusss 🙂
boleh…boleh Om… 2 minggu lalu hampir saja merapat di tegal.. alhasil cuma sampai batang
Nah itu, sebetulnya tinggal terusin dikit lagi sudah sampai tuh, Dhave 🙂
Sudah kapan mau beredar dekat-dekat situ lagi, kalau pas aku juga gak ada acara aku juga meluncur ke Tegal deh. Kita kuliner aja di sana.
Wah syapppp selalu Om… nanti saya kabari kalo merapat ke Tegal hehehe 😀
Siip, asal jangan mendadak saja ngabarinnya ya Dhave 🙂
oke Om…
Siiip kalau begitu . . . 🙂
suka foto terakhir!
Aku nggak pernah bener2 singgah di Tegal. Kalau lewat sana selalu malam hari, tapi kota yang menyenangkan. Hmm.. mungkin kudu coba buat mampir di siang hari yaaa…
seperti biasa, foto2mu keren mas! 😉
Terimakasih atas apresiasinya, Mbak.
Iya, rasanya sekali-kali harus mampir siang hari dan kalau perlu menginap di Tegal, sekalian wisata kuliner, karena di Tegal banyak makanan enak ternyata 🙂
Hahaha.. kalau wisata kulinernya sering banget mas.. :p *segala jenis warteg* #gagalpaham
He he he . . . betul juga ya. Tapi bener loh, kalau sempat berkunjung siang hari, lebih banyak makanan enak yang bisa menjamin perut kita bakal kekenyangan 😀
haha percaya! 😀
😀
Mas nemuuuuuuuu aja ya gedung tua hihi
He he he . . . kebetulan nemu nih, Mbak, dan kebetulan juga kondisinya masih relatif bagus-bagus 🙂
Bener-bener baru tahu pak kris kalau di Tegal masih banyak bangunan kuno yang bagus. Semoga pemerintah Tegal tanggap dalam mejaga dan melestarikannya ya pak 🙂
Kelestarian bangunan tua memang harapan kita semua. Semoga saja pemerintah daerah setempat memiliki kepedulian yang sama dengan kita ya.
Iya di Tegal masih banyak bangunan tua yang masih lumayan terjaga. Yang sempat aku potret itu baru beberapa saja lho
langkah pertama tentunya dengan menjadikan bangunan2 tua itu sebagai benda cagar budaya yang dilindungi perda resmi…tapi pelaksanaannya memang tidak mudah ya pak 🙂
Betul, kadang status sebagai benda cagar budaya hanya sebatas status. Dengar ‘kan berita mengenai beberapa bangunan cagar budaya yang dihancurkan hanya demi membangun mall atau hotel ataupun bangunan lain demi tujuan bisnis semata?
Sering lihat, sering lewat dan kadang bermain main di depannya. Kenapa setelah di foto jadi kelihatan lebih bagus dari aslinya ya ?
Lho Mas Lambang sering main di depan gedung yang mana, Mas?
Hampir semuanya, karena dulu bapak mertua pernah dinas di Tegal.
Wah . . . jadi lihat postinganku serasa nostalgia juga ya Mas 🙂
benar pak, kelak kalau pulang kampung akan lewat lagi.
Wah asyik juga bisa mampir Tegal lagi
Kalau ke kampung pasti lewat.
Memangnya kampung dimana, Mas, kalau boleh tahu.
Semarang dan sekitarnya pak
Wah kalau gitu sih pasti lewat, Mas. Mudah-mudahan pas musim mudik nanti jalan-jalan sudah mulus lagi supaya perjalanan bisa lancar ya Mas.
Amiiin
*ralat, bukan pancasila. UPS = universitas pancasakti.
Keren banget dilihat dari foto2 diatas, takjub saya..liat hasil jepretnya
Wah terimakasih ralatnya. Ternyata Panca Sakti bukan Panca Sila.
Terimakasih juga sudah menyempatkan mampir di sini 🙂
Foto dan narasi Pak Krish menguapkan aura renta menyunarkan aura agung dari bangunan tua. Tegal pastinya bangga menyimak postingan ini.
Salatiga kaya bangunan lama dan eksotik, menunggu eksplorasi Pak Krish, atau malah sudah ya, cari2 di rumah ini ah. Salam
Maturnuwun sanget, Bu Prih.
Aku belum sempat eksplor Salatiga, khususnya rumah-rumah tuanya. Terakhir aku ke Salatiga cuma berkunjung ke Rawapening menunggu sang surya bangun dari peraduannya. Ingin juga sih mengeksplor beberapa bangunan tua di sana. Mudah-mudahan sekali waktu bisa terlaksana ya Bu.
Beautiful old buildings, Chris. I hope they continue to be well maintained for posterity/
Yes, I hope so, Sylvia
waw ada yg dibuatnya dari tahun 1800an! awet amat ya…
Ya akhir 1800-an gitu. Awet karena masih terawat, disamping juga karena bahannya berkualitas 🙂
Aku sudah pernah ke tegal belum ya *mengingat2*
Nah sudah ingat apa belum nih sekarang? 😀
Kunjungan perdana disini daaaan blog ini sangat keren, Bapak Chris ya… 😀
Untuk tegal, asmie punya banyak teman dari tegal, dan asmie pernah kesana sekali waktu ada yang menikah, namun sayang gak bisa terlalu lama jadi gak bisa jalan2. ketika membaca postingan ini jadi teringat kembali …. terima kasih sudah menyuguhkan kota tegal ya Bapak…
Hi Asmie, terimakasih sudah mampir ke sini.
Sayang kunjungan ke Tegalnya cuma sebentar jadi gak sempat jalan-jalan. Lain kali kalau berkunjung lagi harus lamaan, biar sempat jalan-jalan dan cari makanan enak. Banyak makanan enak lho di sana. Tanya deh sama teman-teman Asmie yang dari Tegal 🙂
Insyaallah Pak… terimakasih ya 😀
Sama-sama 🙂
Bangunan Tua yang masih dipergunakan dan dirawat memberikan keindahan tersendiri om yach
Betul, Bli 🙂
Wah harus belajar sama ahlinya nich,,
mantap banget mas jepretannya,, pengen banget bisa seperti itu.
Terimakasih, aku juga masih belajar koq 🙂
semoga memang gedung gedung cantik di atas nggak tergusur dgn bangunan baru ya mas, apalagi kl buat bikin mall duh
Di kota lain ada yang sudah terjadi lho, Mbak
Bangunan-bangunan tua kebanyakan memiliki bentuk arsitekltur yang bagus. Kekuatannya juga sangat baik ya Pak Kris. Tapi sebagai orang awam di dunia arsitek,aku jadi penasaran, mengapa ya aristektur Belanda sepertinya tidak memberi mempengaruhi pada aristektur Indonesia saat ini?
Nha itu aku juga gak tahu, Mbak. Mungkin juga karena kesannya kuno dan berat, sementara orang sekarang kan maunya yang serba simple dan minimalis.
Saya hanya ingat sate Tegal yg maknyuss itu (lupa nama warungnya)…. 😆
Ha ha ha . . . koq bisa lupa, Mas? Nanti kalau ke Tegal lagi gak bisa balik ke tempat itu lagi dong 😀
sate kambing muda ya mas?
Di Tegal semua warung sate kambing pakai daging kambing muda, Mas. Jadinya dagingnya masih empuk 😛
iya ya… cuma hati-hati aja balik dari Tegal, kolesterol naik semua. :d
He he he . . . kalau makan sambil motret keliling kota kan jadi seimbang, Mas. Kolesterol tetap stabil 😀
hahaha… kelilingnya berapa km mas?
Ya pokoknya lumayan bikin keringatan lah 😀
menara airnya bagus mas…
apik foto2nya.
saya paling bingung foto bangunan tua. suka gak dapet deeh…
Terimakasih, Mas. Memang sih bangunan tua itu gampang-gampang susah dipotret. Kadang sudah diputerin belum juga dapat angle yang bagus
iya. foto bangunan dan museum. seringkali saya foto hasilnya kaku setengah mati.
Mungkin perlu semedi dulu di situ biar fotonya gak kaku ya Mas 😆
sepertinya ya.
😀
Lovely buildings just bursts of character really great
Thank you 🙂
salam kenal, kalau menurut cerita almarhum ibu saya, jalan veteran sekarang, pada tahun 1920 an dari traffic light (perapatan Lido) hingga naval office dulunya merupakan pertokoan dan restauran2, dengan pedestrian yang lebar dan tiang2 lampu yg indah sepanjang jalan, ada resto OEN, Resto Hoa Yang Kie, Resto canton, toko Ijo, toko jepang, bakery Tjoa Yoe Se, Oranje Boven………dll
Naval office, kantor pos, balaikota dulu saat saya kecil terasa jauh lebih indah dan megah…….pewarnaanya tidak seperti sekarang
Salam kenal juga, Djaya. Asli Tegal kah?
Di Jalan Veteran beberapa yang Djaya sebutkan masih ada sih, cuma mungkin namanya sudah berubah. Dan untuk cat gedung-gedung tua di sana, aku setuju kalau jaman dulu lebih bagus dan kesannya anggun, tidak seperti sekarang yang menurut aku pribadi jadi agak terlalu mencolok
waduh nyonge baru tau klo tegal ki ada bangunan bagunan tua kaya kiye ya om crish 🙂
dekat tapi trasa jauh kiye,belum ke tegal lagi jeh *logat tegal kental 😀
Ha ha ha . . . bisa ngomong bahasa Tegalan juga, Wiend? Salut deh aku 🙂